SAUH BAGI JIWA
“Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: ‘Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku’”
Bacaan: Matius 26:1-13
“Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: ‘Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku’”
Bacaan: Matius 26:1-13
Ketika sedang berada di rumah Simon si orang kusta, ada seorang perempuan datang kepada Yesus membawa sebuah buli-buli berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus yang sedang duduk makan. Murid-murid yang melihat hal itu merasa gusar dan mengatakan bahwa itu pemborosan karena minyak itu bila di jual uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin. Tetapi Yesus mengatakan bahwa perempuan itu telah melakukan perbuatan yang baik karena Ia tidak akan selalu bersama-sama dengan mereka, sedangkan orang miskin selalu ada bersama mereka.
Perempuan itu mempersembahkan minyak tanpa berkata-kata. Ia menyadari apa yang akan terjadi pada Tuhan beberapa saat kemudian. Jadi, ini adalah waktu yang tepat dan kesempatan yang terbaik untuk mengurapi Tuhan dengan minyak, maka ia membawa minyak miliknya yang paling mahal. Tuhan Yesus mengatakan bahwa persembahan perempuan itu baik, bukan karena harga minyak itu sangat mahal, tapi karena perempuan itu memandang bahwa Dia layak menerima yang terbaik. Sementara murid-murid tidak menyadari bahwa waktu Tuhan bersama dengan mereka hanya sebentar lagi; mereka lebih peduli pada minyak yang mahal daripada Tuhan dan menganggap persembahan itu sebagai pemborosan. Mereka juga tidak menyadari bahwa Yesus layak dimuliakan dengan cara semahal itu, persembahan yang berasal dari ketulusan hatinya.
Tuhan Yesus selalu menghargai setiap persembahan yang berasal dari ketulusan hati kita. Di injil Markus 12:43-44, Tuhan Yesus memuji persembahan janda miskin dengan dua peser uang. Yesus berkata bahwa janda miskin itu memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya. Segala yang terbaiknya ia berikan untuk Tuhan. Jadi, Yesus tidak memandang nilai persembahan apakah itu besar atau kecil, seperti pujian untuk perempuan yang memberikan minyak yang mahal atau janda miskin yang mempersembahkan dua peser uang, karena keduanya memberikan yang terbaiknya.
Demikian juga dengan kita, Allah tidak peduli nilai yang kita berikan untukNya, apakah besar atau kecil apakah mahal atau murah; bagi-Nya persembahan dari hati yang tulus adalah persembahan yang terbaik. Orang orang mungkin menganggap remeh persembahan kita, tetapi Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2Kor. 9:7) dan memberikan nilai yang kekal bagi pelayanan yang kita persembahkan untuk-Nya yang tidak sia-sia.
“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1Kor. 15: 58)
Tuhan Yesus telah mempersembahkan diri-Nya di atas kayu salib demi menebus dosa kita. Mari kita membalasnya dengan memberikan persembahan yang terbaik berapa pun nilainya karena Dia layak menerima yang terbaik.