SAUH BAGI JIWA
“Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”
(Matius 25:11-13)
Bacaan: Matius 25:1-13
“Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”
(Matius 25:11-13)
Bacaan: Matius 25:1-13
Saat membaca ayat Firman tersebut diatas, pada umumnya kita akan langsung teringat tentang kisah lima gadis bijak dan lima gadis bodoh, dimana para gadis bijak berhasil masuk ke ruang perjamuan kawin, sedangkan para gadis lain tidak dikenal oleh tuannya, bahkan tidak diijinkan masuk karena pintu sudah tertutup.
Dalam renungan Sauh Bagi Jiwa kali ini, kita tidak akan membahas bagaimana gadis-gadis melakukan hal bijak atau gadis-gadis lain melakukan hal bodoh, tapi lebih ke dalam hal perasaan para gadis tersebut. Kita yakin bahwa para gadis “bodoh” pasti sangat sedih, kecewa, menyesal, dan segala perasaan bercampur jadi satu. Namun apa mau dikata, semua sudah terjadi.
Jika kita ada di posisi para gadis bodoh tadi, mungkin kita akan berpikir atau berandai-andai dan berkata, seandainya tadi kalau bawa minyak cadangan, maka kita tidak usah pergi untuk membeli minyak. Atau mungkin mereka berkata jika ada kesempatan kedua, kami tidak akan mengulang kesalahan yang sama. Namun sayang, nasi sudah menjadi bubur dan tidak bisa diulang.
Jika kita ada di posisi para gadis bijak, tentunya kita akan bahagia bisa masuk dalam perjamuan kawin. Namun apakah mereka juga akan bahagia melihat lima temannya gagal masuk dalam perjamuan tersebut? Seperti ada pepatah, susah lihat orang senang dan senang lihat orang susah. Dan sungguhkah mereka senang melihat kesusahan teman-temannya yang sedang bersedih?
Meskipun Alkitab tidak mencatat apakah dalam perumpamaan tersebut, para gadis bijak bersusah hati dan ikut bersedih karena teman-temannya tertinggal di luar, kita percaya bahwa para gadis bijak ini adalah orang-orang yang baik dan tentunya mereka pun punya perasaan sedih dan menyayangkan keadaan yang terjadi atas kelima gadis bodoh.
Saudaraku, lima gadis bodoh maupun lima gadis bijak adalah sama-sama manusia yang memiliki perasaan, baik itu bahagia maupun sedih. Kita bisa merenungkan bagaimana langkah yang sudah dilakukan para gadis bijak sehingga mereka berhasil masuk, dan bagaimana langkah para gadis bodoh sehingga mereka gagal masuk. Dan kita juga bisa merenungkan kedua belah pihak juga merasakan kesedihan yang dalam.
Hari ini kita sudah menerima anugerah keselamatan dari Tuhan kita Yesus Kristus. Kita harus mempertahankannya sampai akhir. Di luar sana ada juga yang mulai kurang memperhatikan dan menjaga anugerah ini dengan baik, dan kita harus mengingatkan mereka. Atau mungkin ada di antara saudara kita yang belum mengenal Tuhan, maka mereka pun harus diberitahu supaya mengenal jalan yang benar dan hidup dalam terang. Dengan demikian jangan ada yang bersedih lagi dan semua Bahagia. Haleluya.