SAUH BAGI JIWA
“Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang”
(Matius 24:46)
Bacaan: Matius 24:45-51
“Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang”
(Matius 24:46)
Bacaan: Matius 24:45-51
Setiap akhir tahun adakalanya perusahaan-perusahaan melakukan penilaian kinerja karyawan. Penilaian tersebut berupa kegiatan menilai dan mengevaluasi pencapaian, kemampuan, dan melihat perkembangan kerja karyawan. Dari situ perusahaan dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki tiap karyawan dan dapat mengukur produktivitas mereka selama bekerja. Bila hasilnya memuaskan, maka karyawan bisa diajukan untuk naik jabatan atau mendapat penghargaan lainnya. Dan bila kurang dari tolok ukur yang diharapkan, bisa saja karyawan itu mendapat sanksi, bahkan diberhentikan.
Demikian juga dalam perkara rohani. Kita selalu dituntut untuk bertanggung jawab melaksanakan tugas dengan baik. Sanksi yang diberikan juga jauh lebih berat daripada karyawan di perusahaan duniawi.
Tuhan Yesus menceritakan perumpamaan tentang hamba yang setia dan bijaksana dan juga hamba yang jahat. Mereka dipercaya oleh tuannya melaksanakan tugas selama tuannya pergi. Hamba yang setia melaksanakan tugasnya dengan baik dan penuh tanggung jawab. Ia bijak karena dapat mengelola seluruh rumah dan siap sedia menyambut tuannya datang. Ketika tuannya melihat segala pekerjaannya maka tuan itu mengangkatnya menjadi pengawas segala miliknya. Tetapi hamba yang jahat berpikir bahwa tuannya tidak datang-datang, ia mengira bahwa tuannya akan menunda perjalanan pulangnya. Lalu mulailah ia memukuli hamba-hamba yang lain dan bermabuk-mabukan. Ketika tuannya pulang dan melihat perbuatannya, maka tuannya itu akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia.
Betapa beratnya sanksi yang diberikan Tuhan kepada orang yang tidak bertanggung jawab dalam pelayanan, bersikap sewenang-wenang, tidak menjaga kekudusan, dan tidak bersiap menyambut kedatangan tuannya seperti hamba yang jahat. Bukan hanya kehilangan pekerjaan, tapi juga kehilangan hidupnya. Melayani Tuhan dituntut tanggung jawab dan kesetiaan. Menjadi hamba yang setia perlu kesabaran dan iman yang teguh. Seperti nabi Musa, Alkitab mencatat bahwa Musa adalah seorang hamba yang setia (Bil. 12:7). Memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir adalah perkara yang berat, ditambah ancaman musuh dan bangsa Israel yang sering bersungut- sungut, tentu sangat melelahkan. Namun sampai akhir hidupnya Musa tetap bertahan dalam pelayanannya. Sungguh teladan yang luar biasa. Kiranya Tuhan memimpin kita menjadi hamba yang setia dan siap sedia menyambut kedatangan Tuhan yang kedua kali. Terpujilah nama Tuhan. Haleluya.