SAUH BAGI JIWA
“Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu”
(Matius 23:11)
Bacaan: Matius 23:1-11
“Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu”
(Matius 23:11)
Bacaan: Matius 23:1-11
Pada sebuah malam di tengah hujan badai, seorang lelaki tua dan istrinya masuk ke sebuah lobi hotel kecil di kota Philadelphia untuk mencari tempat bermalam dan menghindari hujan lebat. Tetapi saat itu ada tiga acara yang berlangsung di hotel itu, sehingga semua kamar telah penuh. Untungnya, resepsionis hotel yang ramah menawarkan kamarnya sendiri yang sederhana kepada pasangan tua itu untuk bermalam dan dapat beristirahat menghindari badai malam itu. Pasangan tua itu sangat terkesan dengan pelayanan sang resepsionis yang ramah dan bersahabat.
Dua tahun kemudian, pasangan tua itu mengundang si resepsionis hotel untuk mengunjungi mereka di New York, dan membawanya ke sudut Fifth Avenue dan 34th Street. Mereka menunjuk sebuah gedung baru yang megah di sana, istana dengan menara yang menjulang ke langit. Gedung itu adalah Hotel Waldorf-Astoria, yang mereka bangun untuk dikelola oleh resepsionis yang telah melayani mereka. Resepsionis hotel kecil itu bernama George Karl Boldt, seorang yang melayani dengan sepenuh hati. Ia menjadi manajer pertama Hotel Waldorf-Astoria dan menjadikannya sebagai salah satu hotel yang sangat terkenal di seluruh dunia.
Dunia mengajarkan bahwa jika kita ingin menjadi yang terbesar, kita harus mempunyai kekuatan dan kesanggupan melebihi orang lain. Tetapi tidak demikian dengan pengajaran Alkitab. Tuhan mengajarkan bahwa jika kita ingin menjadi yang terbesar, kita harus melayani orang lain. Pengajaran Tuhan Yesus ini bertolak belakang dengan pengajaran dunia. Bagi dunia, yang terbesar dilayani, bukan melayani.
Semasa hidup-Nya di dunia, Tuhan Yesus mengajarkan kita melalui teladan hidup-Nya sendiri. Yesus adalah Allah; Ia turun ke dunia dengan rupa seorang manusia, menjadi hamba, merendahkan diri-Nya, dan Ia taat sampai mati di kayu salib. “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama.” (Flp. 2:9) Allah tidak memandang kedudukan atau harta kekayaan manusia; tetapi Allah melihat jauh ke lubuk hati kita. Apakah kita memiliki hati untuk melayani dan menjadi seorang hamba? Hal ini jauh berbeda dengan dunia yang menghargai kedudukan dan harta.
Marilah kita melayani, sama seperti apa yang diajarkan Tuhan Yesus. Ia mengajarkannya, melakukannya, dan menunjukkan hasilnya: Ia ditinggikan dan dimuliakan, menjadi yang terbesar. Jadi, apabila kita ingin menjadi yang terbesar, lakukanlah apa yang diteladankan oleh Tuhan Yesus: melayani orang-orang di sekitar kita, khususnya saudara-saudari seiman. Bapa kita di surga akan menjadikan kita sebagai yang terbesar dan terkemuka.