SAUH BAGI JIWA
“Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?”
(Matius 22:17)
Bacaan: Matius 22:15-22
“Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?”
(Matius 22:17)
Bacaan: Matius 22:15-22
Dalam perikop ini dikatakan bahwa orang-orang Farisi berniat jahat terhadap Yesus. Mereka mengajukan sebuah pertanyaan terhadap Yesus: ayat 16-17: “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?”
Sebenarnya jika membaca pertanyaan orang Farisi ini, dapat dikatakan ini adalah pertanyaan yang baik. Mereka bertanya secara halus dan lembut, bahkan dengan penuh hormat kepada Yesus. Tetapi motivasi yang ada di balik pertanyaan sangat jauh dari apa yang baik, bahkan sangat munafik. Mereka menyebut Yesus sebagai guru (pada saat itu, sebutan guru dalam bahasa mereka disebut ‘rabi’, sapaan kepada orang yang dihormati), tetapi mereka sama sekali tidak menghormati Yesus, bahkan berniat buruk terhadap-Nya.
Yesus yang adalah Anak Allah itu telah mengetahui bahwa orang-orang Farisi berniat jahat terhadap diri-Nya. Maka kata Yesus: “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?” Ini adalah tamparan yang sangat keras bagi orang-orang Farisi.
Yesus melanjutkan dengan memperlihatkan sebuah uang dinar kepada mereka dan bertanya kepada mereka tentang gambar yang ada pada uang itu. Dan Yesus mengatakan, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” Secara mengagumkan dan tak terduga, Yesus memberikan jawaban yang sangat mengejutkan orang-orang Farisi. Yesus tidak menentang atau pun meniadakan pemerintahan duniawi, tetapi Yesus datang untuk menggenapinya. Maka dengan perkataan itu Yesus pun berpesan, bahwa kita harus melakukan tanggung jawab kita dengan tepat dan motivasi yang tulus.
Kita dapat menarik beberapa pengajaran dalam hal peristiwa ini. Allah menghendaki kita sebagai umat Kristen untuk menghormati dan melaksanakan tanggung jawab kita kepada pemerintah dengan menghormati setiap keputusan yang berlaku secara nasional untuk mengatur tatanan bangsa. Hal ini diatur juga dalam Alkitab, yaitu Roma 13:3-5: “Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita.”
Maka kita sebagai warga negara yang baik wajib melaksanakan tanggung jawab kita dengan taat membayar pajak, membela negara, dan berdoa untuk kesejahteraan kota dan negara.
“Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” (Yer. 29:7)