SAUH BAGI JIWA
“Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya”
(Matius 21:32)
Bacaan: Matius 21:28-32
“Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya”
(Matius 21:32)
Bacaan: Matius 21:28-32
Perumpamaan tentang dua orang anak ini disampaikan oleh Yesus terkait dengan pertanyaan yang diajukan oleh imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Suatu hari, ketika Yesus masuk ke Bait Allah, mereka mendatangi-Nya dan bertanya tentang asal-muasal kuasa Yesus untuk melakukan berbagai tanda dan mukjizat dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Nya.
Bayangkan, imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi yang seharusnya lebih mengerti Kitab Suci, malah meragukan kuasa Yesus! Padahal mengenai Yesus telah banyak dinubuatkan oleh para nabi di Perjanjian Lama. Oleh karena kedegilan hati dan ketidakpercayaan mereka, sehingga mata dan telinga mereka seolah-olah tertutup. Ini sama seperti yang telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya dalam Yesaya 6:10, “Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.”
Maka, Yesus mengumpamakan mereka seperti anak sulung dalam perumpamaan tersebut. Anak sulung yang dengan segera menanggapi panggilan dari bapanya, namun dia hanya sekadar bicara. Dia menyanggupi untuk melakukan sesuai dengan kehendak bapanya, tetapi sesungguhnya dia tidak berbuat apa-apa dan juga tidak merasa menyesal. Ini sama seperti orang-orang yang dengan segera menyambut pemberitaan firman. Sayangnya, mereka berhenti sampai di situ. Setelah itu, mereka tidak berbuat apa-apa.
Imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi pun demikian. Mereka hanya bertekun dalam Kitab Suci dan adat-istiadat nenek moyang mereka. Apapun yang terjadi, mereka tidak mau membuka diri dan menerima Yesus. Walaupun Yohanes dan bahkan Yesus sendiri telah memberitakan jalan kebenaran kepada mereka, namun mereka tidak mau menerima, bahkan berkata bahwa Yesus menghujat Allah. Mereka sama sekali tidak percaya kepada Yesus. Mereka selalu menganggap diri benar, sehingga mereka tidak pernah menyesali perbuatan mereka dan bertobat.
Tanggapan mereka terhadap Yesus sangat bertolak belakang dengan tanggapan orang-orang berdosa seperti para pemungut cukai dan perempuan sundal. Yesus mengumpamakan mereka seperti anak bungsu, yang awalnya menolak perintah bapanya, namun pada akhirnya tetap melakukannya. Para pemungut cukai dan perempuan sundal demikian. Pada awalnya mereka tidak mengenal Yesus dan tidak percaya kepada-Nya. Namun, setelah mereka mendengar pengajaran dan melihat tanda-tanda dan mukjizat yang dilakukan-Nya, mereka menjadi percaya dan bertobat.
Tepatlah apa yang dikatakan dalam Lukas 13:30, “Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir.” Hendaknya ini menjadi peringatan bagi kita. Janganlah kita yang telah lama percaya kepada Yesus menjadi terlalu percaya diri, sehingga kita tidak waspada dan berjaga-jaga. Dengan berlalunya waktu dan banyaknya masalah yang kita hadapi, mungkin saja kita mulai meragukan kuasa Tuhan. Tanpa disadari, iman kita mulai merosot. Kita harus memelihara kasih karunia dari Tuhan. Hendaknya setelah kita mendengar pengajaran tentang firman Tuhan, kita senantiasa belajar untuk menyempurnakan diri, dan berusaha untuk melakukan kehendak-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.