SAUH BAGI JIWA
“Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.”
(Matius 14:12)
“Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.”
(Matius 14:12)
Yohanes Pembaptis adalah seorang utusan Tuhan yang berseru-seru di padang gurun untuk mempersiapkan dan meluruskan jalan bagi Yesus. Oleh karena itu. Yohanes Pembaptis juga menyerukan kabar pertobatan dan pengampunan dosa (Mrk. 1:2-4; Mat. 3:1-2). Namun ternyata, ketika Herodes berkuasa menjadi raja wilayah, Yohanes Pembaptis dihukum mati dengan dipenggal kepalanya. Hal ini terjadi berkenaan dengan teguran yang dia sampaikan kepada Herodes karena mengambil Herodias sebagai istrinya, padahal Herodias adalah istri Filipus, saudaranya (Mat. 14:3-4). Teguran tersebut menimbulkan kemarahan besar dalam diri Herodes, terlebih Herodias, sehingga menghasut anaknya untuk meminta hadiah berupa kepala Yohanes Pembaptis. Sungguh perbuatan yang tidak pantas dilakukan. Peristiwa ini menjadi sebuah renungan bagi kita bersama, bagaimana tanggapan kita ketika menerima teguran atas sikap dan perbuatan kita yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan?
Tugas utama Yohanes Pembaptis adalah mempersiapkan dan meluruskan jalan bagi Tuhan Yesus. Kitab Markus mencatatnya sebagai permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah (Mrk. 1:1). Ketika orang-orang Farisi datang kepadanya kemudian menanyakan status dan keberadaannya, Yohanes Pembaptis juga menjelaskan bahwa di kemudian hari akan datang seorang yang lain setelah dia. Dan seseorang yang dimaksudkannya adalah Tuhan Yesus itu sendiri (Yoh. 1:26-27). Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa Yohanes Pembaptis memang hanya menjadi permulaan atau persiapan jalan untuk Tuhan Yesus. Sehingga kematian Yohanes Pembaptis sesungguhnya adalah akhir dari permulaan injil tentang Yesus Kristus, sekaligus menjadi akhir dari tugas Yohanes Pembaptis – sebuah masa transisi pelayanan Yohanes Pembaptis kepada Tuhan Yesus (Mat. 4:12-17). Ketika memahami hal ini, sesungguhnya kita dapat melihat bahwa kematian Yohanes Pembaptis bukanlah sesuatu yang menyedihkan. Sebaliknya, kematiannya yang di dalam Tuhan merupakan suatu sukacita karena pekerjaan pemberitaan injil mulai memasuki langkah berikutnya yang lebih mendalam.
Hari ini, kiranya kita juga bisa belajar memandang kematian seseorang yang sudah bertekun di dalam Tuhan sebagai suatu sukacita, karena ia telah mengakhiri pertandingan iman dengan baik sampai akhir. Hal ini sama seperti Yohanes Pembaptis yang diutus untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan Yesus dan dapat melakukannya dengan baik sampai akhir hidupnya. Lalu bagaimana dengan tugas dan tanggung jawab pekerjaan Tuhan yang ada dalam hidup kita hari ini? Sudahkah kita mengerjakannya dengan baik? Permulaan injil telah dikerjakan oleh Yohanes Pembaptis, kemudian juga telah dinyatakan oleh Tuhan Yesus. Saat ini, seperti yang tertulis pada (Mat. 28:18-20) adalah tugas kita bersama untuk meneruskan berita injil, sehingga semua bangsa menjadi murid-murid Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menyertai kita semua.