SAUH BAGI JIWA
“Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.” (Kejadian 11:9)
“Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.” (Kejadian 11:9)
Dalam peristiwa air bah, Tuhan hanya menyelamatkan Nuh dan keluarganya. Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya. Nuh hidup bergaul dengan Allah.
Nuh memiliki tiga orang anak, yaitu Sem, Ham dan Yafet. Dari ketiga anak-anak Nuh inilah tersebar penduduk seluruh bumi. Pada saat itu, seluruh bumi masih satu bahasanya dan satu logatnya karena mereka semua berasal dari anak-anak Nuh. Suatu hari, anak-anak manusia ingin mendirikan sebuah menara yang puncaknya sampai langit, agar mereka tidak terserak ke seluruh bumi.
Mendirikan sebuah bangunan bukanlah sebuah kesalahan. Namun maksud dan tujuan dari mendirikan menara itulah yang menjadi masalahnya. Anak-anak manusia bermaksud mendirikan menara yang puncaknya sampai ke langit dengan tujuan agar dapat menjadi sama dengan Tuhan, mengejar kemuliaan nama sendiri, dan supaya tidak tersebar ke seluruh bumi.
Sejak manusia jatuh ke dalam dosa karena melanggar perintah Tuhan yang melarang makan buah pengetahuan yang baik dan jahat, manusia telah menjadi seperti Tuhan, mengetahui tentang yang baik dan jahat (Kej. 3:22). Namun jika kita renungkan, sepintar-pintarnya manusia, apakah mereka dapat menyamai Tuhan? Tentu tidak. Manusia memiliki keterbatasan, tetapi Tuhan sempurna.
Pembangunan menara ini menunjukkan ambisi dan kesombongan anak-anak manusia. Firman Tuhan berkata, “Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.” (Ams. 16:5). Mereka juga menginginkan agar nama mereka dikenal. Ini bukanlah kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan adalah agar nama Tuhan yang dimuliakan, baik di darat maupun di laut, seperti tertulis dalam Yesaya 24:15: “Sebab itu permuliakanlah TUHAN di negeri-negeri timur, nama TUHAN, Allah Israel, di tanah-tanah pesisir laut!”
Selain itu, mereka juga ingin agar tidak terserak ke seluruh bumi seperti yang tertulis dalam Kejadian 11:4: “Juga kata mereka: “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.”” Keinginan mereka ini bertentangan dengan kehendak Tuhan. “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kej. 1:28). Akibatnya, Tuhan menyerakkan mereka ke berbagai belahan dunia dengan bahasa dan logat yang berbeda-beda.
Kita adalah anak-anak Tuhan. Janganlah kita mencari nama untuk kemuliaan diri sendiri. Janganlah kita mengambil kemuliaan Tuhan dengan tujuan agar kita dikenal dan ditinggikan oleh banyak orang. Tuhan membenci orang yang congkak. Kita harus rendah hati seperti Tuhan Yesus semasa Ia hidup di dunia ini.