SAUH BAGI JIWA
Yesus adalah Allah yang turun ke dunia. Karena kasih-Nya yang besar, Dia datang untuk menyelamatkan manusia dengan mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib demi menebus dosa-dosa kita. Ia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan melainkan Dia telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia (Flp 2:7). Dia adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.
Ketika Yesus datang kepada Yohanes untuk dibaptis, Yohanes mengetahui kebenaran ini. Ia berkata kepada Yesus, “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu…” Namun Yesus menjawab, “Biarlah hal itu terjadi karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Ketika Harun dan anak-anaknya akan melayani sebagai imam, mereka harus dibasuh dengan air sebelum mereka memulai tugas pelayanan itu (Kel 29:4). Tuhan Yesus memberikan teladan bahwa kita harus dibaptis dan menerima Roh Kudus agar bisa menjadi anak-anak Allah.
Presiden Amerika Serikat ke-16, Abraham Lincoln, pernah mengatakan, “Jika Anda ingin menguji karakter seseorang, berilah dia kekuasaan.” Pernyataannya ini banyak dikutip oleh tokoh-tokoh dunia. Demikianlah kehidupan di dunia ini. Jika seseorang sudah mempunyai kedudukan tinggi dan kekuasaan, mereka umumnya menjadi tinggi hati, merasa hebat dan ingin menunjukkan kekuasaannya.
Hal ini berbeda dengan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus adalah Raja segala raja, namun Ia meminta Yohanes untuk membaptis-Nya demi menggenapi kehendak Bapa. Di sini, Tuhan Yesus memberikan teladan tentang kerendahan hati. Ia tidak menegur Yohanes karena keraguannya untuk membaptis diri-Nya. Ia berbicara dengan kasih dan menjelaskan dengan lemah lembut. Kadangkala kita menegur orang dengan keras saat kita menganggap diri kita benar. Kita harus belajar menjadi lemah lembut seperti Yesus sehingga kita bisa mengajak orang lain untuk melihat dan mengikuti kehendak Allah bersama-sama dengan kita.
Yesus juga memberikan teladan mengenai ketaatan. Ia dibaptis untuk memenuhi seluruh kebenaran. Karena itu, Allah mengakui Dia, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.“ Sebagai anak-anak Allah, kita juga harus memenuhi seluruh kebenaran dari perintah-Nya, taat pada firman Tuhan sehingga kita menjadi anak-anak yang dikasihi-Nya.
Sudahkah kita meneladani Tuhan Yesus dengan bersikap rendah hati, lemah lembut dan taat? Marilah kita belajar dari peristiwa Yesus dibaptis ini.