SAUH BAGI JIWA
“Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.”
“Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.”
Kasih karunia Allah bagi kita amatlah besar. Untuk menyelamatkan kita, Dia rela mengutus Putra Tunggal-Nya untuk turun ke dunia, mati ganti kita dan menjadi Juruselamat dunia. Pengorbanan Tuhan Yesus untuk kita sungguh tak ternilai. Dia telah meninggalkan tahta kemuliaan-Nya, mengalami penderitaan hidup sebagai manusia, bahkan menerima penghinaan dan penganiayaan sedemikian rupa hingga akhirnya mati di kayu salib. Semua itu hanya untuk satu tujuan, yaitu menyelamatkan manusia. Tanpa pencurahan darah, tidak ada pengampunan dosa. Inilah satu-satunya jalan agar manusia bisa selamat. “Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya.” (Ef 1:7)
Kasih Allah juga dinyatakan dalam pemeliharaan-Nya atas hidup kita. Filipi 4:19 berkata, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” Allah berjanji untuk memelihara kita, baik secara jasmani maupun rohani. Tuhan menyuruh kita agar jangan kuatir tentang pemenuhan kebutuhan jasmani. ”Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” (Mat 6:25-26) Sedangkan secara rohani, Dia berkata akan memelihara kita dari si jahat dan menguatkan hati kita (2Tes 3:3).
Tuhan begitu peduli dan mengasihi kita. Kasih-Nya lebar, panjang, tinggi, dan dalam (Ef 3:18). Bagaimana cara kita menghargai dan membalas kasih Tuhan? Kita dapat meneladani apa yang dilakukan oleh Rasul Paulus. Dalam suratnya, ia menulis, “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” (1Kor 15:10)
Sebagai rasa syukur atas kasih karunia Tuhan yang telah diterimanya, Rasul Paulus rela bekerja keras. Dia melayani pekerjaan Tuhan dengan sepenuh hati, segenap kekuatan dan kemampuan. Dia rela menempuh perjalanan jauh dan sukar demi mengabarkan Injil. Dia juga sabar menanggung segala penderitaan dan kesusahan karena nama Yesus. Paulus mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Dia juga menyadari bahwa keberadaannya sekarang, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, adalah karena kasih karunia Allah semata sehingga ia merasa tidak layak untuk memegahkan diri.
Marilah kita meneladani Rasul Paulus. Kita harus mensyukuri kasih karunia Tuhan dengan mempersembahkan hidup kita bagi Tuhan. Kita harus senantiasa memelihara kekudusan, hidup sesuai dengan perintah Tuhan, giat melakukan pekerjaan Tuhan dengan rendah hati seumur hidup kita. Dengan berbuat demikian, kita menghargai pengorbanan Yesus dan tidak menyia-nyiakan kasih karunia yang telah diberikan-Nya kepada kita.