SAUH BAGI JIWA
“…ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu…” 1Petrus 3:20
“…ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu…” 1Petrus 3:20
Selama 120 tahun lamanya, Tuhan telah bersabar kepada umat manusia. Bagi kita, masa tersebut adalah waktu yang cukup panjang. Sungguh disayangkan, waktu demi waktu berlalu, namun semua orang menolak kebaikan Tuhan kecuali delapan orang—Nuh dan keluarganya. Saat tiba waktu penghakiman Tuhan, Nuh diperintahkan untuk masuk ke dalam bahtera. Tuhan menggunakan air bah untuk memusnahkan dunia yang penuh dosa—yang telah menyakiti hati-Nya.
Firman Allah kepada Nuh, “Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini…Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke atas bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya, dan Aku akan menghapuskan dari muka bumi segala yang ada, yang Kujadikan itu” (Kej 7:1-4). Walaupun belum genap tujuh hari, Nuh masuk ke dalam bahtera dengan penuh ketaatan pada Tuhan. Ia tidak mencari-cari alasan untuk menunda masuk ke dalam. Pada hari ini, banyak orang yang telah mendengar Injil keselamatan dan telah mengenal Tuhan Yesus yang Mahakuasa. Namun, mereka tetap saja menunda untuk masuk ke dalam bahtera akhir zaman, sungguh sangat disayangkan.
Kemudian, penulis kitab Kejadian dalam pasal 7:13 menekankan bahwa Nuh beserta seluruh anggota keluarganya masuk ke dalam bahtera. Keselamatan dari Tuhan dapat menghampiri seseorang ataupun sebuah keluarga. Namun, sebagai seorang yang sudah percaya kepada Tuhan, sudahkah kita membawa seisi keluarga kita kepada Tuhan? Hendaknya kita dapat memimpin seisi keluarga bersama-sama melayani Tuhan dengan saleh, agar kelak seisi keluarga dapat bersama-sama masuk ke dalam kerajaan sorga.
Atas perintah Tuhan, dengan giat Nuh sekeluarga membangun bahtera sambil memberitakan kebenaran Tuhan. Meskipun tidak ada seorang pun yang percaya, hal tersebut tidak membuat Nuh tawar hati lalu mengabaikan pekerjaan pembangunan bahtera. Kesetiaan Nuh sekeluarga dalam pekerjaan mereka membawa pada buah hasil pekerjaan yang dapat mereka nikmati—melalui bahtera yang telah mereka buat atas perintah Tuhan, mereka dapat diselamatkan dari air bah. Ada kalanya pekerjaan yang kita lakukan kelihatannya tidak menghasilkan buah. Namun, apabila kita mengerjakannya dalam ketaatan pada Tuhan sesuai dengan kehendak-Nya, pastilah Tuhan mengingat usaha pekerjaan kita dan di dalam Tuhan, kita akan menerima upah atas jerih lelah kita.
Demikianlah penulis kitab Kejadian menggambarkan sesaat sebelum penghakiman Allah datang, “Dari segala yang hidup dan bernyawa datanglah sepasang mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu…lalu TUHAN menutup pintu bahtera itu di belakang Nuh” (Kej 7:15-16). Di saat-saat demikian, Tuhan-lah yang menjadi sandaran dan pelindung Nuh sekeluarga. Ketika langit berubah warna dan air bah mulai datang, banyak orang teringat akan peringatan Nuh. Tetapi, kesempatan untuk bertobat sudah terlewatkan. Akhirnya umat manusia binasa di dalam ketakutan mereka. Demikian pula halnya pada hari ini, apabila manusia menolak kasih karunia Allah dalam pertobatan dan kerendah-hatian mereka; maka saat Tuhan datang kembali untuk yang kedua kalinya, pintu anugrah sudah tertutup dan penyesalan sudah terlambat. Oleh karena itu, marilah kita selalu berjaga-jaga; sehingga ketika hari Tuhan datang, kita akan memiliki sukacita dan pengharapan.