SAUH BAGI JIWA
“Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera” –Roma 8:6
“Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera” –Roma 8:6
Dosa telah masuk ke dalam dunia melalui Adam dan Hawa. Sejak itu, dunia masuk ke dalam jerat Iblis dan manusia hidup dalam kegelapan yang menuju pada maut. Sungguh, akibat dari dosa sangat menakutkan. Oleh karena itu, kita harus selalu waspada dan berjaga-jaga.
Seperti apakah godaan dosa? Kitab Kejadian menggambarkan bagaimana ular mendekati Hawa dan membujuknya, sehingga ia meragukan firman Tuhan dan akhirnya Hawa tidak menaati perintah Tuhan. Hawa memakan buah yang dilarang oleh Tuhan, yaitu buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Ular membujuk Hawa melalui keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup.
Dalam keinginan daging, Hawa merasa tidak puas atas anugerah Tuhan yang telah memberikannya taman Eden serta pepohonan untuk dimakan buahnya. Pada hari ini, jika terus dibiarkan, maka keinginan daging kita akan memenuhi hati hingga akhirnya membujuk kita untuk memuaskan hawa nafsu.
Selain itu, bagi Hawa, buah dari pohon tentang pengetahuan yang baik dan yang jahat begitu menarik hati dan sedap kelihatannya. Mengenai keinginan mata, salah satu tokoh di dalam Perjanjian Lama, Ayub, telah mengadakan perjanjian dengan matanya—untuk mengekang diri dari keinginan mata. Demikian pula halnya pada hari ini, kita perlu pengendalian diri terhadap keinginan mata.
Perihal keangkuhan hidup, Hawa terbujuk oleh perkataan ular, sehingga ia ingin menjadi sama seperti Allah. Keangkuhan hidup sungguh tak terkalahkan. Kecuali dengan meneladani Tuhan Yesus yang rendah hati, barulah kita dapat mengalahkannya.
Awalnya, dosa sepertinya menjanjikan sesuatu yang indah. Namun, pada akhirnya, dosa akan membuat manusia jatuh ke dalam penderitaan yang tiada akhir. Kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa kiranya dapat menjadi peringatan tersendiri bagi kita.
Dalam dosa, kita akan kehilangan hubungan yang erat bersama Tuhan. Adam dan Hawa begitu mendengar suara Tuhan, tidak seperti sebelumnya; reaksi mereka setelah jatuh ke dalam dosa adalah penuh dengan rasa takut—sehingga mereka bersembunyi, takut bertemu dengan Tuhan.
Dalam dosa, kasih antara suami-istri pun hilang. Setelah jatuh ke dalam dosa, Adam dan Hawa bahkan saling menyalahkan, menegur, dan merasa bukan lagi “tulang dari tulangku, daging dari dagingku,” melainkan, merasa bukan lagi bagian dirinya. Perkataan Adam berubah menjadi “perempuan yang Kau tempatkan di sisiku.”
Dalam dosa, manusia harus bersusah payah seumur hidupnya dan berpeluh sepanjang hari untuk mencari nafkah. Tidak seperti sebelumnya saat di taman Eden, bekerja adalah suatu kenikmatan. Bahkan, di dunia, hati kita pun harus bergumul melawan kejahatan sehingga kita tidak dapat beristirahat secara rohani. Hidup di dunia penuh dengan persaingan, keiri-hatian, dan kedengkian.
Setelah Adam dan Hawa memakan buah terlarang, barulah mereka menyadari bahwa diri mereka telanjang. Mereka berusaha untuk menutupi diri dengan memakai daun dari pohon ara. Tetapi cara itu pun sia-sia. Meskipun mengalami kegagalan, Tuhan tetap membimbing manusia. Sama halnya pada hari ini. Dengan bersandar pada apa yang telah ditetapkan oleh Tuhan Yesus—melalui pengorbanan nyawa-Nya dan aliran darah-Nya—barulah dosa kita dapat disucikan dan ketelanjangan kita dapat tertutupi; sehingga kita dapat berjalan menuju kehidupan kekal.