SAUH BAGI JIWA
“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.” Matius 7:24
“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.” Matius 7:24
Pengajaran tentang dua macam dasar ini merupakan pengajaran terakhir dari khotbah Yesus di bukit. Kita telah belajar banyak hal, mulai dari kebahagiaan sejati, mengatasi kekuatiran, hal berdoa, harta di sorga, pengampunan, terang dan garam dunia, dan masih banyak lagi. Setelah mengatakan semuanya ini, Tuhan Yesus menutupnya dengan perkataan, “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.” (Mat. 7:24, 26)
Jadi, setelah mendengarkan Firman Tuhan, kita perlu melakukannya. Tuhan Yesus menyebutkan orang-orang yang melakukan Firman Tuhan sebagai orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Tetapi orang-orang yang tidak melakukannya disebut sebagai orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.
Walau apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus adalah baik, namun semuanya itu tidak akan ada gunanya apabila kita tidak melakukannya di dalam kehidupan kita. Demikianlah Penatua Yakobus menasihatkan kita, “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.” (Yak. 1:22)
Hanya dengan melakukan Firman Tuhan sajalah, baru hidup kita akan mengalami perubahan. Dari manusia lama menjadi manusia baru. Mengetahui apa yang masih kurang dalam iman kita, kita melakukan tindakan untuk terus memperbaikinya. Maka semakin hari, hidup kita pun akan semakin sesuai dengan Firman Tuhan, semakin sempurna, dan semakin serupa dengan Kristus. Inilah orang-orang bijaksana yang melakukan Firman Tuhan di dalam kehidupannya.
Dengan demikian, ketika hujan datang dan banjir menerpa, rumah yang telah kita dirikan tidak akan rubuh, sebab didirikan di atas batu. Menghadapi kesukaran, godaan, penderitaan, atau apapun yang terjadi di dalam kehidupan kita, iman kita tidak akan goyah dan akan tetap berdiri teguh.
Biarlah dengan menjadi pelaku Firman, kita boleh memelihara iman kita sampai pada akhirnya. Maka di akhir kehidupan kita, seperti Paulus kita juga boleh berkata, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” Haleluya!