SAUH BAGI JIWA
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat. 7:12)
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat. 7:12)
Pernahkah kita bertemu dengan seseorang yang senang sekali berbuat usil, tetapi akan marah kalau orang lain berbuat usil kepadanya? Atau dengan orang yang berharap setiap postingan-nya di media sosial mendapat banyak like, tetapi dirinya sendiri jarang memberikan like pada postingan orang lain? Ironis bukan?
Sebagai orang Kristen, kita diajarkan, “segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.”
Tentunya kita semua ingin dikasihi, dihargai, dan dipahami oleh orang lain. Namun agar orang lain dapat berbuat hal yang demikian kepada kita, maka kita pun mau terlebih dahulu mengasihi, menghargai, dan memahami orang lain.
Kalau diri kita ingin dihormati oleh semua orang, maka kita pun perlu menghormati orang lain. Ketika berbicara, kita berbicara dengan sopan dengan siapapun juga. Bertemu dengan orang, terlebih yang lebih tua, kita terlebih dahulu menyapa dan memberi salam kepada mereka dengan ramah. Ketika orang lain sedang menyampaikan pendapatnya, kita dengan sabar mendengarkannya. Maka orang lain pun akan berbuat hal yang demikian kepada kita. Dengan kita banyak memberi, maka kita pun akan banyak diberi. Seperti Firman Tuhan mengatakan, “Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.” (Ams. 11:25)
Demikian jugalah dalam hubungan kita dengan Tuhan. Paulus mengatakan kepada jemaat di Galatia, “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” (Gal. 6:7b). Dengan demikian, jika kita ingin Tuhan mendekat kepada kita, maka kita pun mau mendekatkan diri kita kepada Allah. Jika Tuhan telah sedemikian mengasihi kita, menjaga kita, dan memberkati kita, maka selayaknyalah kita pun mau mengasihi Dia. Jika Tuhan telah berkorban sampai menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib demi menebus dosa kita, maka sepatutnyalah kita pun menyerahkan hidup kita untuk Tuhan.
Inilah yang dilakukan oleh Paulus, ketika mendapat kasih karunia dari Tuhan, Paulus memberikan seluruh hidupnya untuk Kristus. Katanya, “… aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal. 2:20)
Biarlah hari ini, kita juga boleh melakukan apa yang baik kepada orang-orang di sekitar kita, serta memberikan yang terbaik dari diri kita untuk Tuhan. Maka biarlah Tuhan saja yang membalaskan semuanya itu kepada kita. Haleluya!