SAUH BAGI JIWA
“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” (Mat. 7:3)
“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” (Mat. 7:3)
Umumnya manusia lebih mudah melihat kesalahan orang lain daripada kesalahan dirinya sendiri. Seperti sebuah peribahasa, “Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang pantai nampak jelas.” Sedikit saja orang lain berbuat salah, kita dapat dengan mudah melihatnya.
Para ahli Taurat dan orang Farisi pernah membawa kepada Yesus seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka melihat perempuan ini begitu berdosa dan ingin melemparinya dengan batu. Tetapi Tuhan Yesus berkata kepada mereka, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Maka pergilah mereka seorang demi seorang meninggalkan Yesus dan perempuan itu, karena mereka menyadari bahwa diri mereka sendiri juga berdosa.
Demikianlah ketika orang lain berbuat salah, kita dapat dengan mudah melihatnya. Padahal, diri kita pun mungkin melakukannya, bahkan mungkin melebihi orang tersebut. Karena itulah Tuhan Yesus mengatakan, “Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” (Mat. 7:5)
Ketika Daud mengambil Batsyeba, isteri Uria, dan menempatkan Uria di barisan depan dalam pertempuran sehingga mati terbunuh, Daud tidak menyadari dirinya telah melakukan perbuatan yang jahat di mata Tuhan. Ketika nabi Natan datang kepadanya dan membentangkan sebuah perumpamaan mengenai si kaya yang mengambil anak domba si miskin, Daud masih tidak dapat melihat kesalahan dirinya. Setelah nabi Natan mengatakan, “Engkaulah orang itu!”, barulah Daud bisa melihat akan kesalahan yang diperbuatnya dan menyadari akan dosanya.
Melihat kesalahan diri sendiri memang bukanlah hal yang mudah. Seperti ketika rambut kita kusut, mulut kita belepotan, ataupun baju kita kurang rapi, kita membutuhkan sebuah cermin untuk bisa melihat kekurangan diri kita. Untuk itulah kita membutuhkan Firman Tuhan sebagai cermin rohani untuk bisa mengenali kelemahan-kelemahan kita, kesalahan-kesalahan yang kita perbuat, dan apa yang masih kurang di dalam iman kita. Seperti yang dikatakan Paulus kepada Timotius, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2Tim. 3:16)
Hari ini, marilah kita belajar untuk bisa melihat apa yang masih kurang dalam diri kita. Dengan semakin banyak kita mempelajari Firman Tuhan, semakin banyak kita mendengarkan khotbah dalam ibadah, dan semakin banyak kita mengikuti kelas pemahaman Alkitab, biarlah Firman Tuhan boleh menyingkapkan apa yang masih kurang di dalam kerohanian kita. Dengan demikian, biarlah kita boleh terus memperbaiki diri kita menjadi semakin sempurna di hadapan Tuhan. Haleluya!