SAUH BAGI JIWA
Perselisihan Yang Sengit
Bacaan Alkitab Harian – Kisah Para Rasul 15:30-41
“Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah…” (Kisah Para Rasul 15:39a)
“Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah…” (Kisah Para Rasul 15:39a)
Dalam berinteraksi dengan orang lain, kesalahpahaman atau perbedaan pendapat merupakan hal yang wajar terjadi. Hal ini tidak hanya ditemukan dalam interaksi di rumah, di sekolah, atau lingkungan kerja, tetapi juga bisa terjadi dalam kehidupan bergereja, termasuk saat melakukan pelayanan. Apa yang harus kita lakukan jika terjadi perbedaan pendapat dengan jemaat lain?
Di zaman para rasul, mereka juga pernah menghadapi perbedaan pendapat. Hal ini tidak bisa dihindari karena rasul-rasul memiliki karakter, pemikiran, dan latar belakang yang berbeda-beda. Dalam menanggapi suatu keadaan yang tidak berkaitan langsung dengan kebenaran, tidak jarang mereka berbeda pandangan satu sama lain.
Peristiwa ini tercatat di dalam Kisah Para Rasul 15:35-41. Rasul Paulus dan Barnabas berbeda pandangan mengenai Markus. Barnabas ingin mengajak Markus turut serta dalam perjalanannya ke kota lain, tetapi Paulus berpendapat bahwa karena Markus sebelumnya telah meninggalkan mereka dan tidak mau bersama mereka, tidaklah perlu untuk mengajak Markus lagi. Mereka akhirnya berpisah dan memilih jalan yang berbeda. Perbedaan pendapat yang terjadi saat itu bukanlah dalam bentuk diskusi ringan yang hangat, tetapi sudah sampai pada tahap perselisihan yang sengit di antara mereka.
“Perselisihan yang sengit” dalam bahasa aslinya merupakan kondisi yang terjadi karena seseorang merasakan emosi yang kuat dan keinginan untuk melakukan sesuatu. Emosi yang kuat bukan saja mengacu pada kemarahan, tetapi perasaan intens yang dirasakan oleh seseorang yang mempengaruhi respon terhadap suatu kejadian. Respon itu bisa saja berupa kemarahan, kekecewaan, atau kesedihan. Inilah alasan mengapa perselisihan dapat terjadi, yaitu karena ada perasaan atau keinginan yang kuat di dalam diri kita dan kita cenderung mempertahankan keinginan itu agar bisa terwujud.
Namun, di kemudian hari, Rasul Paulus dengan rendah hati dapat menerima Markus kembali. Bahkan, ia khusus mencatatkan bahwa pelayanan Markus sangat ia butuhkan dengan segera (2Tim 4:11). Dengan kata lain, Rasul Paulus tidak terjerumus pada perasaan kesal, sakit hati ataupun dendam terhadap perselisihan sengitnya yang dahulu. Ia tidak egois, melainkan membuka hati dan dirinya terhadap perubahan yang terjadi pada Markus, sehingga akhirnya Rasul Paulus pun mau bersama-sama dengan Markus untuk melakukan pekerjaan pelayanan-Nya.
Rasul Paulus seringkali menulis surat berisi pengajaran kepada jemaat di berbagai kota. Salah satunya ialah mengenai bagaimana seseorang harus hidup di tengah jemaat. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, ia mengingatkan bahwa mereka harus hidup di dalam Kristus karena di dalam Tuhan ada nasihat, penghiburan kasih, persekutuan Roh, kasih mesra, dan sebagainya.
Paulus juga menghendaki agar mereka dapat sehati sepikir dalam satu kasih, satu jiwa, dan satu tujuan tanpa mementingkan hanya dirinya sendiri tetapi kepentingan tiap-tiap orang juga diperhatikan (Flp 2:1-5). Ini adalah kunci utama yang seharusnya dipegang oleh setiap jemaat, yaitu menaruh pikiran dan perasaan di dalam Kristus Yesus. Jadi, dalam kehidupan berjemaat, kita tidak lagi mempertahankan keegoisan yang ada di dalam diri kita dan bukan hanya berusaha agar keinginan kita saja yang tercapai.
Ingatlah kembali apa yang menjadi tujuan utama kita menjadi jemaat dan apa yang seharusnya menjadi fokus pelayanan kita. Semuanya kita lakukan hanya untuk Tuhan, bukan untuk kepentingan diri kita sendiri. Karena itu, dalam kehidupan bergereja dan pelayanan, marilah kita saling merendahkan hati, hanya berfokus kepada Tuhan, dan selalu bersekutu di dalam doa. Segala kemuliaan hanya untuk nama Tuhan Yesus.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Gerakan Membaca Alkitab
Kisah Para Rasul 15:30-41
Pelajari lebih mendalam tentang ayat bacaan hari ini
-
Kisah Para Rasul 15:30-41
30 Setelah berpamitan, Yudas dan Silas berangkat ke Antiokhia. Di situ mereka memanggil seluruh jemaat berkumpul, lalu menyerahkan surat itu kepada mereka.31 Setelah membaca surat itu, jemaat bersukacita karena isinya yang menghiburkan.32 Yudas dan Silas, yang adalah juga nabi, lama menasihati saudara-saudara itu dan menguatkan hati mereka.33 Dan sesudah beberapa waktu keduanya tinggal di situ, saudara-saudara itu melepas mereka dalam damai untuk kembali kepada mereka yang mengutusnya.34 (Tetapi Silas memutuskan untuk tinggal di situ.)35 Paulus dan Barnabas tinggal beberapa lama di Antiokhia. Mereka bersama-sama dengan banyak orang lain mengajar dan memberitakan firman Tuhan.36 Tetapi beberapa waktu kemudian berkatalah Paulus kepada Barnabas: “Baiklah kita kembali kepada saudara-saudara kita di setiap kota, di mana kita telah memberitakan firman Tuhan, untuk melihat, bagaimana keadaan mereka.”37 Barnabas ingin membawa juga Yohanes yang disebut Markus;38 tetapi Paulus dengan tegas berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka.39 Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus.40 Tetapi Paulus memilih Silas, dan sesudah diserahkan oleh saudara-saudara itu kepada kasih karunia Tuhan41 berangkatlah ia mengelilingi Siria dan Kilikia sambil meneguhkan jemaat-jemaat di situ.