SAUH BAGI JIWA
Sepanjang Jalan Tuhan Tuntun
“Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya” (Mazmur 23:3)
“Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya” (Mazmur 23:3)
Suatu kali kami beberapa muda-mudi melakukan kegiatan hiking di sebuah gunung. Perjalanan kami lakukan di malam hari sebab cuaca lebih sejuk. Di tengah perjalanan, jalur setapak mulai berkelok-kelok, diiringi dengan jalan berbatu yang mulai menanjak curam. Di akhir jalur tersebut ternyata ada sebuah tebing terjal. Beberapa pemuda yang sudah berpengalaman memanjat terlebih dahulu sambil menunggu di beberapa titik panjatan untuk membantu kami, para pemula. Saat itu, hari sudah larut malam dan kondisi hanya diterangi oleh sinar rembulan yang redup. Sebelah kiri dan kanan jalur hanya kegelapan yang begitu kelam.
Karena tebing agak terjal dan utasan tali tidak seimbang, pegangan salah satu peserta hiking hampir-hampir lepas. Dengan tangkas seorang pemuda yang membantu memegangi tali panjatan langsung meraih dan menangkap tangan si peserta. Sesampainya kami di atas tebing, fajar sudah mulai merekah. Betapa terkejutnya kami setelah menyadari bahwa di sebelah kiri dan kanan tebing tersebut ternyata terhampar jurang yang cukup dalam! Sungguh bersyukur bahwa di antara rombongan, terdapat beberapa orang yang sudah berpengalaman di dalam menuntun kami. Tidak terbayangkan rasanya jika kami harus menanjaki tebing tersebut tanpa bimbingan!
Dalam Kitab Mazmur, sang Pemazmur menyampaikan rasa sukacitanya terhadap bimbingan Tuhan, “Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar…” Dalam Perjanjian Lama, kata “menuntun” juga digunakan saat tiang awan milik Tuhan menuntun perjalanan bangsa Israel di padang gurun, melindungi dan memimpin mereka sesuai dengan jalan yang Tuhan tentukan.
Selain itu, kata “menuntun” secara harfiah juga memiliki pengertian “membantu yang tidak berdaya.” Raja Daud, sang penulis Mazmur pasal 23, meskipun dengan sandaran kekuatan Tuhan pernah mengalahkan Goliat yang perkasa, ia sendiri pernah mengalami ketidak-berdayaan secara rohani. Di dalam berbagai kesalahan yang pernah ia lakukan, Raja Daud pun bertekad untuk memohon pengampunan-Nya serta bimbingan-Nya untuk dituntun kembali ke jalan Tuhan.
Pada hari ini, dengan berbagai kesibukan yang ada, seringkali fokus pada kerohanian kita teralihkan pada kenikmatan dan gemerlap yang ditawarkan oleh dunia. Akibatnya, tidak jarang tanpa sadar rohani kita tertidur. Namun, Pemazmur menasihati agar kiranya kita dapat bangkit kembali, sebab Tuhan sesungguhnya “menyegarkan” atau secara harfiah berarti “memberikan hidup” pada rohani yang sakit ataupun hampa.
Di dalam ketidak-berdayaan kita secara rohani, Tuhan sekali-kali tidak akan membiarkan kita. Di dalam lembah kekelaman, Tuhan beserta dan gada serta tongkat-Nya akan menghibur kita–demikian nasihat sang Pemazmur dalam ayat 4. Frasa “gada dan tongkat” adalah sebuah kiasan yang merujuk pada dukungan dan pengaturan yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita. Ketika kita terjatuh, maka Ia akan menopang kita dengan gada dan tongkat-Nya.
Tuhan akan mendisiplinkan kita ketika kita berdosa. Dalam teguran-Nya, Tuhan memberikan pertumbuhan rohani kepada kita. Secara rohani, saat kita merasa kehilangan arah, saat kita merasa tidak berdaya; berserulah pada Tuhan, bahwasanya Ia dapat membangunkan rohani kita yang tertidur, memberikan kekuatan serta menopang kita saat kita terpuruk. Kiranya Tuhan selalu memimpin kita di jalan-Nya dan memberikan kita kekuatan yang kita perlukan.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.