Ketelanjangan Rohani
Dalam sisi rohani, banyak di antara kita yang merasa enggan untuk membuka pertahanan emosi kita kepada pasangan kita. Akibatnya pasangan kita tidak dapat melihat jati diri kita yang sebenarnya.
Dalam sisi rohani, banyak di antara kita yang merasa enggan untuk membuka pertahanan emosi kita kepada pasangan kita. Akibatnya pasangan kita tidak dapat melihat jati diri kita yang sebenarnya.
Pikirkanlah berbagai gejolak kehidupan yang mungkin dapat membuat kita merasa telanjang secara emosi. Kehilangan pekerjaan misalnya, adalah suatu keadaan yang dapat melucuti harga diri kita. Dalam menghadapi berbagai kekecewaan, yang besar maupun yang kecil, pasangan kita mungkin akan mulai memperlihatkan dirinya sebagai suatu sosok baru yang tidak menyenangkan.
Ketelanjangan jasmani tanpa rasa malu dalam pernikahan adalah suatu konsep yang mudah dimengerti. Kita semua dapat memahami dan menerima kaitannya dalam suatu pernikahan yang bahagia. Rasanya tidak ada orang yang akan membantah bahwa cara yang paling nyata dan spontan untuk menunjukkan cinta kita kepada pasangan kita adalah dengan menerima bagaimana pun bentuk, ukuran, dan keadaan dari pasangan kita itu.
“Tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.” Ah, begitu mesra. Begitu tulus perkataan Adam kepada istrinya, Hawa, di Taman Eden.
Lagu pujian dalam Kidung Rohani yang berjudul “Jadilah Seperti Kehendak-Mu” merupakan salah satu lagu favoritku. Selain memiliki alunan melodi yang lembut nan tegas, lirik lagunya pun begitu menghibur sekaligus memberikan kekuatan.
Setelah menjawab pertanyaan Pilatus tentang Kerajaan Allah, Yesus tidak menjawab apa-apa lagi. Pilatus bingung dengan sikap Yesus yang begitu berbeda dari umumnya sikap orang-orang yang datang ke hadapannya untuk diadili, memohon dan mengemis.
Untuk pertanyaan Pilatus apakah Yesus adalah raja, Yesus menjawab, “Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.” Pilatus kemudian bertanya, “Apakah kebenaran itu?” (Yoh 18:37-38).
Ketika Yesus dibawa oleh orang Yahudi ke hadapan Pilatus, Dia ditanyai, “Apakah Engkau raja orang Yahudi?” Yesus menjawab, “Engkau sendiri Mengatakannya.” Keadaan ini membingungkan Pilatus. Mengapa Yesus ingin menjadi raja? Mengapa Ia ditangkap? Mengapa orang-orang ingin membunuh-Nya? Mengapa pengikut-pengikut-Nya tidak membela Dia?
Seringkali umat percaya menjadi bingung dan mengalami kesulitan untuk memutuskan suatu perkara karena mereka tidak tahu apa kehendak Tuhan dalam perkara tersebut.
Saat surat ini kau terima, kau pasti sudah berada di ambang kedewasaan, sudah siap membuka pintu itu dan melangkah ke dalam dunia yang penuh dengan begitu banyak kemungkinan yang terbentang luas di hadapanmu.