SAUH BAGI JIWA
“Beginilah firman TUHAN: Janganlah kamu maju dan janganlah kamu berperang melawan saudara-saudaramu, orang Israel. Pulanglah masing-masing ke rumahnya, sebab Akulah yang menyebabkan hal ini terjadi.” Maka mereka mendengarkan firman TUHAN dan pergilah mereka pulang sesuai dengan firman TUHAN itu.” (1Raj. 12:24)
“Beginilah firman TUHAN: Janganlah kamu maju dan janganlah kamu berperang melawan saudara-saudaramu, orang Israel. Pulanglah masing-masing ke rumahnya, sebab Akulah yang menyebabkan hal ini terjadi.” Maka mereka mendengarkan firman TUHAN dan pergilah mereka pulang sesuai dengan firman TUHAN itu.” (1Raj. 12:24)
Raja Salomo tidak pernah terpikir bahwa perbuatannya mengikuti istri-istri dan gundik asing menyembah berhala memurkakan Allah, sehingga ia membelah kerajaannya menjadi dua. Kerajaan Yehuda di selatan masih dikuasai oleh anaknya, Rehabeam, sedangkan Kerajaan Israel yang di utara dikuasai oleh Yerobeam.
Rehabeam berniat merebut kembali kerajaan utara, sehingga dia mengumpulkan orang-orangnya untuk memerangi kaum Israel, tetapi melalui nabi Semaya, Allah memberitahukan Rehabeam dan kaum Yehuda: “Janganlah kamu maju dan janganlah kamu berperang melawan saudara-saudaramu, orang Israel, sebab Akulah yang menyebabkan hal ini terjadi.”, maka mereka mendengarkan firman TUHAN dan pergilah mereka pulang sesuai dengan firman TUHAN itu.
Firman Allah “Akulah yang membuat hal ini terjadi” menyadarkan bangsa Yehuda yang siap memerangi kerajaan utara, bahwa bila bukan atas perintah dan kehendak Allah, bagaimana mungkin Kerajaan Israel bisa terpecah menjadi dua? Semestinya Raja Salomo dan Rehabeam memeriksa diri mereka sendiri, apakah yang mereka lakukan sehingga terjadi malapetaka pecahnya kerajaan, bukan malah pergi berperang dengan saudara sendiri.
Kehidupan manusia akan menemui berbagai keadaan: ada yang baik, ada yang buruk, ada yang indah, ada yang jelek, ada yang terang, ada yang gelap. Semuanya berasal dari Allah, karena Allah berfirman: “yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini.” (Yes. 45:7) Maka kita tidak perlu takut dan kuatir, sebab segala sesuatu terjadi karena Allah yang menghendakinya. Asalkan kita percaya dan bersandar sepenuhnya kepada-Nya, semuanya akan menjadi baik.
Ayub sepenuhnya memahami kebenaran ini. Dalam satu hari ia kehilangan semua anak-anaknya, harta kekayaannya, hamba-hambanya, dan terakhir kesehatan dirinya. Bayangkan saja, orang biasa menghadapi kematian satu anaknya saja sudah hancur berantakan, apa lagi kehilangan seluruh anak-anaknya, ditambah lagi seluruh harta kekayaan lenyap begitu saja. Bagaimana orang biasa dapat bertahan atas penderitaan yang demikian berat?
Ini adalah penderitaan yang paling ekstrim bagi manusia, siapakah di antara kita yang sanggup menghadapinya? Tetapi dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah, karena ia tahu bahwa semuanya karena Allah yang menyebabkan hal itu terjadi.
Allah adalah Allah yang maha kuasa, dan segala kehendak-Nya, jadilah demikian, dahulu, sekarang, dan di kemudian waktu. Kiranya kita mengingat firman Allah: “Akulah yang menyebabkan hal ini terjadi”. Kiranya firman ini menjadi sumber kekuatan kehidupan kita agar selalu taat kepada Allah, sehingga kita dapat hidup tentram tanpa takut dan kuatir.