SAUH BAGI JIWA
“Pada waktu malam datanglah Allah dalam suatu mimpi kepada Laban, orang Aram itu, serta berfirman kepadanya: “Jagalah baik-baik, supaya engkau jangan mengatai Yakub dengan sepatah katapun.”” (Kejadian 31:24)
“Pada waktu malam datanglah Allah dalam suatu mimpi kepada Laban, orang Aram itu, serta berfirman kepadanya: “Jagalah baik-baik, supaya engkau jangan mengatai Yakub dengan sepatah katapun.”” (Kejadian 31:24)
Yakub adalah seorang yang cerdik namun juga licik. Dia memperdaya kakaknya, Esau, untuk menukarkan hak kesulungannya dengan semangkok masakan kacang merah. Kemudian, dia juga menipu ayahnya, dengan menyamar sebagai kakaknya untuk mendapatkan berkat kesulungan dari ayahnya itu. Karena perbuatannya, dia pun harus melarikan diri, pergi kepada pamannya, Laban, menyingkir dari kejaran Esau yang begitu marah dan dendam kepadanya.
Dua puluh tahun kemudian, setelah Yakub memiliki isteri, anak-anak, dan juga harta kekayaan yang berlimpah, dia secara diam-diam melarikan diri dari pamannya dengan membawa seluruh keluarga dan harta miliknya. Laban pun mengejar Yakub. Setelah tujuh hari perjalanan, akhirnya ia dapat menyusul Yakub.
Maka berkatalah Laban: “Aku ini berkuasa untuk berbuat jahat kepadamu, tetapi Allah ayahmu telah berfirman kepadaku tadi malam: Jagalah baik-baik, jangan engkau mengatai Yakub dengan sepatah katapun.” (Kejadian 31:29)
Bila pada malam sebelumnya Allah tidak berpesan kepada Laban, mungkin saja Laban telah berbuat jahat kepada Yakub, atau bahkan membunuhnya, lalu mengambil semua harta yang dimilikinya.
Ternyata Yakub tidak bisa mendapatkan kebahagiaan dan damai sejahtera oleh kecerdikan yang dimilikinya. Bila bukan karena penyertaan dan perlindungan Allah, dua puluh tahun yang lalu ia mungkin sudah mati di tangan kakaknya, atau saat ini oleh pamannya.
Setelah Yakub dapat lepas dari Laban, dia pun kembali ke rumah ayahnya, Ishak, yang berarti dia harus berjumpa kembali dengan kakaknya, Esau. Perbuatan jahatnya dahulu membuat dia begitu takutnya kepada Esau, yang mungkin karena dendam akan membunuh dia dan juga keluarganya.
Maka Yakub kembali memutar otaknya untuk menghadapi kakaknya. Dia pun membagi keluarga serta ternaknya menjadi beberapa pasukan, sehingga apabila satu pasukan benar-benar diserang oleh kakaknya, maka pasukan yang lain masih bisa luput.
Lalu dilihatnya Esau datang dengan diiringi empat ratus orang, maka Yakub berjalan di depan mereka, sujud sampai ke tanah tujuh kali hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu. Tetapi tidak seperti yang dipikirkan Yakub, Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya, dipeluk lehernya, dan diciumnya dia. Lalu bertangis-tangisanlah mereka.
Sesungguhnya Yakub dapat luput dari kejaran Esau dan Laban semata-mata bukan karena kecerdikan Yakub, tetapi karena Allah yang senantiasa menyertai dan melindunginya.
Hari ini, kita mungkin berpikir bahwa diri kita memiliki kecerdasan dan kepandaian, namun jika Allah tidak menyertai kita, semuanya itu tidaklah berguna. Sehebat apapun rencana yang kita buat, tidak akan dapat terlaksana bila Tuhan tidak berkehendak. Karena itu, di dalam menjalani kehidupan ini, hendaklah dalam segala hal kita berserah kepada Allah dan memohon perlindungan-Nya.
“Monument Valley” by szeke is licensed under CC BY-SA