SAUH BAGI JIWA
Si Petani Yang Mabuk Anggur
Bacaan Alkitab Harian –
“Nuh menjadi petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur. Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya”
“Nuh menjadi petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur. Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya”
Nuh adalah seorang yang benar di mata Tuhan dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya. Dia juga mendapatkan kasih karunia di mata Tuhan, dibuktikan dengan Tuhan menyelamatkan dia dan seisi keluarganya dari dahsyatnya malapetaka air bah yang melanda bumi melalui satu bahtera. Setelah air bah surut, Tuhan berfirman kepadanya untuk keluar dari bahtera. Alkitab mencatatkan bahwa dia menjadi seorang petani dan membuat kebun anggur.
Seorang petani adalah suatu profesi yang sering kali kita kaitkan dengan kesabaran dan ketekunan. Petani akan tetap tekun dan sabar merawat kebunnya hingga tiba musim panen. Dengan demikian, seorang petani adalah seseorang yang bisa menguasai dirinya sendiri. Tetapi ironinya, seorang yang benar dan tak bercacat cela di mata Tuhan ini justru tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Dituliskan bahwa Nuh minum anggur dan menjadi mabuk sampai telanjang dalam kemahnya. Apa yang ada di pikiran Nuh saat itu? Kita tidak mengetahuinya.
Sebagai seorang Kristen, kita digambarkan menjadi seorang petani secara rohani. Seorang petani yang bekerja keras haruslah menjadi yang pertama untuk menikmati hasil jerih payahnya (2Tim 2:6). Tapi bukan berarti kita memiliki pemikiran menikmati hasil jerih payah kerja keras kita dengan cara dunia. Sesungguhnya, hasil itu adalah upah yang nantinya akan kita terima dari Tuhan sesuai dengan perbuatan semasa kita hidup di dunia. Pemikiran kita harus tertuju kepada perkara yang di atas, bukan yang ada di bawah atau dunia.
Sering kali kita memiliki pemikiran ketika kita telah berusaha dengan sekuat kemampuan, kita menganggap diri kita layak untuk menerima berkat jasmani dari Tuhan. Dengan bekerja di kebun anggur milik-Nya, kita merasa bahwa kita layak menerima imbalan. Terlebih ketika segala sesuatu berjalan lancar dan nampak ada penyertaan Tuhan. Lalu kita merasa Tuhan berada di pihak kita dan kita merasa kita ada dalam kondisi iman yang teguh. Siapa sangka dalam kondisi itulah, ternyata iman kita dapat menjadi lemah serta terlena dan ‘mabuk’ dengan menuruti hawa nafsu (1Kor 10:12).
Sebagai seorang petani rohani, tidak patut kita menuntut Tuhan akan kerja keras yang telah kita lakukan. Apalagi sampai ‘memabukkan’ diri kita dengan segala kenyamanan dan kebaikan yang Tuhan berikan. Sebagai yang empunya ladang, Tuhan menghendaki kita untuk bekerja dengan tekun dan sabar di kebun anggur-Nya. Kasih, kebaikan, serta penyertaan Tuhan itu harusnya menjadi satu kekuatan supaya kita bisa bekerja dengan lebih giat lagi untuk kemuliaan nama Tuhan. Jangan sampai kita menjadi hilang fokus akan kehendak Tuhan yang seharusnya kita kerjakan semasa di dunia.
Semoga Tuhan Yesus membantu kita agar tetap terjaga dan sadar untuk terus bergiat bekerja demi kemuliaan nama-Nya. Haleluya!
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Gerakan Membaca Alkitab
Pelajari lebih mendalam tentang ayat bacaan hari ini
-
20 Nuh menjadi petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur.
21 Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya.
22 Maka Ham, bapa Kanaan itu, melihat aurat ayahnya, lalu diceritakannya kepada kedua saudaranya di luar.
23 Sesudah itu Sem dan Yafet mengambil sehelai kain dan membentangkannya pada bahu mereka berdua, lalu mereka berjalan mundur; mereka menutupi aurat ayahnya sambil berpaling muka, sehingga mereka tidak melihat aurat ayahnya.
24 Setelah Nuh sadar dari mabuknya dan mendengar apa yang dilakukan anak bungsunya kepadanya,
25 berkatalah ia:
”Terkutuklah Kanaan,
hendaklah ia menjadi hamba yang paling hina bagi saudara-saudaranya.”
26 Lagi katanya:
”Terpujilah Tuhan, Allah Sem,
tetapi hendaklah Kanaan menjadi hamba baginya.
27 Allah meluaskan kiranya tempat kediaman Yafet,
dan hendaklah ia tinggal dalam kemah-kemah Sem,
tetapi hendaklah Kanaan menjadi hamba baginya.”
28 Nuh masih hidup tiga ratus lima puluh tahun sesudah air bah.
29 Jadi Nuh mencapai umur sembilan ratus lima puluh tahun, lalu ia mati.