SAUH BAGI JIWA
“Tetapi setelah mereka memindahkannya, maka tangan TUHAN mendatangkan kegemparan yang sangat besar atas kota itu; Ia menghajar orang-orang kota itu, anak-anak dan orang dewasa, sehingga timbul borok-borok pada mereka“
“Tetapi setelah mereka memindahkannya, maka tangan TUHAN mendatangkan kegemparan yang sangat besar atas kota itu; Ia menghajar orang-orang kota itu, anak-anak dan orang dewasa, sehingga timbul borok-borok pada mereka“
Semasa zaman Imam Eli memimpin bangsa Israel, lambang kehadiran Allah–yaitu tabut Allah pernah direbut oleh orang Filistin, yang pada saat itu adalah musuh dari bangsa Israel. Jika kita bayangkan hal ini, orang Filistin pasti bersukacita karena berhasil mengambil tabut Allah dari bangsa Israel. Mereka menganggap bahwa keberhasilan mereka di dalam mengalahkan bangsa Israel membuktikkan bahwa mereka adalah bangsa yang tidak terkalahkan. Namun, pada kenyataannya, mereka harus menghadapi konsekuensi berat atas tindakan mereka ini.
Pertama, mereka membawa tabut Allah itu ke Asdod dan mereka meletakkannya di kuil Dagon, salah satu dewa utama mereka. Mereka menempatkannya di sisi Dagon. Betapa terkejutnya mereka ketika mereka menemukan Dagon yang jatuh dengan mukanya ke tanah di hadapan Tuhan esok paginya! Meskipun mereka mengembalikan Dagon itu ke tempatnya, namun keesokan harinya Dagon lagi-lagi terjatuh dengan mukanya ke tanah di hadapan tabut Allah lagi. Malah yang kali ini, kepala Dagon dan kedua belah tangannya terpenggal dan terpelanting ke ambang pintu (1Sam 5:4). Tabut Allah mungkin ada di tangan orang Filistin, tapi dewa orang Filistin ada di tangan satu-satunya Allah yang benar, yaitu Allah Israel!
Sebelum pertempuran, orang Filistin takut kepada Allah orang Israel karena mereka telah mendengar bagaimana Allah Israel telah menimpakan segala macam tulah kepada orang Mesir. Setelah pertempuran dan merampas tabut Allah, mereka merasakan sendiri bagaimana Tuhan menekan orang-orang Asdod itu. Wabah penyakit borok-borok menimpa mereka. Orang-orang mengira bahwa cara tercepat untuk menyingkirkan masalah itu adalah dengan membuang tabut Allah itu ke Gat.
Namun di Gat pun wabah yang sama terjadi. Lalu, mereka mengirim tabut itu ke Ekron. Karena orang-orang Ekron juga tidak terima, mereka memanggil semua raja kota orang Filistin dan meminta agar tabut Allah dikembalikan ke tempatnya. Orang Filistin sudah melihat hubungan antara tabut itu dan penderitaan mereka. Mereka mengira bahwa penghakiman Allah sedang menimpa mereka.
Meskipun begitu, kita tidak menemukan bacaan tentang mereka meninggalkan dewa mereka. Mereka tidak menghentikan penyembahan berhala mereka dan mereka tidak menyembah Tuhan yang benar. Mereka hanya ingin menjauhkan diri dari Tuhan Israel.
Pada hari ini, mungkin ada banyak orang dari kita yang berperilaku sama seperti orang Filistin ini. Ketika kita telah berdosa dan dihukum, bukannya bertobat dan kembali kepada Tuhan, kita malah mencoba melarikan diri dan menjauhkan Tuhan. Alih-alih datang ke gereja, kita malah pergi menjauh. Kita menghindari Tuhan dan tidak mengakui dosa kita. Padahal, kita semua tidak dapat lepas dari pengaturan tangan Tuhan yang adil dan benar.
Hendaknya peristiwa yang menimpa orang-orang Filistin dapat menjadi suatu peringatan tersendiri bagi kehidupan kerohanian kita. Marilah kita segera mengakui kesalahan dan dosa kita di hadapan Tuhan. Janganlah semakin menjauhkan diri kita dari hadapan-Nya, melainkan hendaknya kita memohon pengampunan-Nya, bertobat dan mendekatkan diri kepada-Nya. Haleluya!