SAUH BAGI JIWA
“Lalu mereka mengirim utusan kepada penduduk Kiryat-Yearim dengan pesan: ‘Orang Filistin telah mengembalikan tabut TUHAN; datanglah dan angkutlah itu kepadamu’“
“Lalu mereka mengirim utusan kepada penduduk Kiryat-Yearim dengan pesan: ‘Orang Filistin telah mengembalikan tabut TUHAN; datanglah dan angkutlah itu kepadamu’“
Di dalam kitab
Bangsa Filistin telah dihukum berat oleh Tuhan dalam kitab
Namun jangan kita berpikir bahwa orang Filistin telah lolos dari kesengsaraan dan mendapatkan berkat setelah kejadian ini. Dalam pasal-pasal selanjutnya, kita akan menemukan bagaimana tangan Tuhan melawan orang Filistin sepanjang masa nabi Samuel (1 Sam 7:13). Tapi mereka tidak mengambil pelajaran dari hal ini.
Diperlukan suatu pertobatan sejati yang muncul dari hati dan keyakinan untuk menjauhi segala kejahatan. Jika tidak, kehancuran dan kesengsaraan akan terus menimpa kita. Janganlah kita mengira bahwa setelah berbuat salah dan tidak ada hukuman langsung yang menimpa, kita menganggap perbuatan kita itu dapat diterima oleh Tuhan. Kita tidak bisa membenarkan tindakan kita berdasarkan konsekuensi yang dihadapi. Sebaliknya, kita harus melihat penundaan hukuman sebagai anugerah–masih ada kesempatan bagi kita untuk bertobat dan berbalik dari kesalahan kita.
Demikian pula, ketika kita ditindas, marilah kita menguji diri kita sendiri untuk mengetahui apakah kita tetap dalam iman (2Kor 13:5). Jangan hanya berpuas diri dan berdoa agar penderitaan tersebut diangkat dari diri kita. Namun, berdoalah memohon pertolongan dan penghiburan Roh Kudus untuk menguatkan iman kita dan agar kita dapat berubah menjadi lebih baik.
Setelah tabut Tuhan dikembalikan kepada orang-orang Bet-Semes, bagaimanakah mereka memandang peristiwa tersebut? Kegembiraan dan kebahagiaan mereka pada awal kembalinya tabut itu berubah menjadi kesedihan dan keputusasaan ketika Tuhan membunuh tujuh puluh orang di antara mereka (1Sam 6:19). Mengapa peristiwa ini menjadi bencana bagi orang-orang Bet-Semes?
Dalam kasus ini, meskipun awalnya orang-orang Bet-Semes berbuat baik dengan mempersembahkan korban kepada Tuhan, bahkan menyuruh orang-orang suku Lewi untuk menurunkan tabut Tuhan (1Sam 6:15); mereka justru melakukan pelanggaran, yaitu melihat ke dalam tabut Tuhan. Berkat tersebut berubah menjadi celaka – bukan karena Tuhan, melainkan karena perbuatan manusia sendiri. Begitu pun dengan kita. Saat kita terjerumus dalam perbuatan dosa, sering kali kita malah menyalahkan Tuhan dan tidak mau mengakui kesalahan kita. Semoga Tuhan membantu kita membedakan dengan benar dan selalu melakukan apa yang baik dan menjalani kehidupan kita dengan rendah hati di hadapan Tuhan.