SAUH BAGI JIWA
Pernahkah kita kuatir di dalam pelayanan kita? Ada kalanya oleh karena kesibukan pelayanan, kita menjadi kuatir akan hasil dari pelayanan itu sendiri atau tanggapan orang terhadap pelayanan tersebut. Hal yang serupa pun pernah dialami oleh seorang tokoh wanita dalam Alkitab yang bernama Marta.
Marta begitu sibuk melakukan pelayanan, tetapi Tuhan Yesus justru memperingatkan Marta bahwa kesibukan pelayanannya membuat Marta menjadi kuatir (Luk. 10:41). Mengapa demikian? Sebenarnya apa yang menyebabkan kekuatiran Marta di dalam pelayanannya?
Di ayat-ayat sebelumnya, dicatatkan bahwa Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya tiba di tempat di mana Marta berada. Saat itu juga Marta segera menerima mereka. Ayat ke-40 bahkan menjelaskan bahwa Marta segera mengalihkan perhatiannya pada begitu banyaknya persiapan yang ingin ia lakukan untuk melayani Tuhan dan murid-murid-Nya. Sebagai sang pemilik rumah, kemungkinan besar Marta ingin menyediakan tempat untuk beristirahat bagi Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya. Ada kemungkinan, Marta ingin juga mempersiapkan makanan dan minuman bagi mereka setelah melakukan perjalanan. Marta ingin agar pelayanan-Nya memberikan hasil yang memuaskan di hadapan Tuhan.
Tetapi di dalam kesibukan pelayanannya, justru Marta menjadi kuatir. Marta merasa bahwa hanya ia seorang sendiri saja yang sibuk di dalam pelayanannya, tidak ada orang lain yang membantu. Karena hal tersebut, Marta menjadi kuatir kalau-kalau hasil pelayanannya tidak akan memberikan hasil yang ia inginkan. Ia kuatir akan tanggapan Tuhan dan murid-murid-Nya mengenai hasil dari pelayanan yang sedang ia lakukan.
Dari jawaban Tuhan, sebenarnya kita dapat melihat bahwa Tuhan Yesus sama sekali tidak memuji kesibukan pelayanan Marta, melainkan memperingatkan Marta akan kekuatiran yang dimilikinya itu. Tuhan Yesus ingin menunjukkan kepada Marta bahwa kesibukan dalam pelayanannya itu justru telah mengalihkan perhatian Marta. Pelayanan yang demikian tidak diindahkan oleh Tuhan.
Terkadang, kita bersikap seperti Marta di dalam pelayanan kita, sepertinya kita menjadi larut di dalam kesibukan pelayanan itu sendiri oleh karena banyaknya tugas-tugas yang harus dilakukan; pada akhirnya kita menjadi sangat kuatir akan hasil dan tanggapan terhadap pelayanan itu sendiri. Dari nasihat Tuhan Yesus, baik tidaknya hasil dari pelayanan bukan dilihat dari sibuk atau tidaknya pelayanan yang dilakukan. Rasul Paulus pernah memberikan nasihat yang sama bahwa pelayanan dalam Tuhan seharusnya dilakukan dengan sukacita, kasih dan kemuliaan untuk Tuhan, bukan di dalam kekuatiran akan kesibukan pelayanan itu sendiri.
Tuhan Yesus sama sekali tidak menginginkan kekuatiran dalam diri kita. Apalagi kekuatiran di dalam pelayanan-Nya! Yang Tuhan inginkan hanyalah pelayanan yang berasal dari hati, semangat dan roh kita. Oleh karena itu, melalui pengalaman Marta, marilah kita bersama-sama belajar untuk menguji kesibukan pelayanan yang kita lakukan, supaya jangan sampai kesibukan tersebut justru membuat kita kuatir dan kehilangan akan makna dari pelayanan itu sendiri.