p
SAUH BAGI JIWA
“Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (1 Tesalonika 5:9)
“Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (1 Tesalonika 5:9)
Suatu hari, seorang murid kedapatan mencuri oleh gurunya. Kemudian sang guru menelpon ayah murid tersebut dan menceritakan apa yang telah diperbuat anaknya. Saat dijemput pulang dan sesampainya di rumah, sang ayah langsung menumpahkan kemarahannya pada si anak. Dengan rasa takut, ia hanya dapat tertunduk diam mendengarkan omelan si ayah.
Peristiwa di atas mungkin pernah kita alami semasa kecil; mungkin juga pernah kita dengar dari pengalaman pribadi teman kita–yaitu tentang ingatan-ingatan masa lalu bagaimana orangtua kita memarahi kita. Namun, sebaliknya, apa yang dirasakan oleh orangtua? Penulis Injil Lukas saja pernah menegaskan bahwa sejahat-jahatnya seseorang, sebagai seorang ayah jika anaknya meminta telur, ia tidak akan memberikan kalajengking kepadanya! (Luk 11:12). Dengan kata lain, saat orangtua memarahi anaknya, hati orangtua pun terluka.
Orangtua menegur, memarahi ataupun mendisiplinkan sebenarnya dengan tujuan agar sang anak tidak mengulangi kesalahan yang telah diperbuatnya di kemudian hari.
Firman Tuhan menjelaskan bahwa hubungan Allah dengan umat-Nya bagaikan hubungan antara bapa dengan anaknya. Saat bangsa Israel dipanggil keluar dari Mesir, Allah kembali mengikat perjanjian kekal dengan bangsa Israel–perjanjian yang telah diikat bersama Allah sebelumnya dengan Abraham, nenek moyang mereka. Dalam perjanjian itulah kembali ditekankan bahwa ketika bangsa Israel memegang teguh dan menaati seluruh perintah dan ketetapan Tuhan, maka Ia akan beserta dengan mereka–bukan kutuk yang akan mereka terima, melainkan berkat! Allah memanggil mereka keluar dari Mesir agar bangsa Israel dapat diselamatkan dan menjadi anak-anak-Nya!
Itulah sebabnya, dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika, rasul Paulus menuliskan bahwa Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka–sebab kita adalah anak-anak-Nya–tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita (1Tes 5:9).
Seringkali, kita membayangkan Tuhan dengan gambaran yang keliru–yaitu Sosok yang dengan kuasa-Nya begitu semena-mena meluapkan murka-Nya, menghukum dan melenyapkan siapapun yang melanggar perintah-Nya. Namun, dengan tegas rasul Paulus menggaris-bawahi bahwa Allah tidak pernah menetapkan kita untuk ditimpa murka. Dalam bahasa Yunani, diterjemahkan bahwa Allah tidak pernah merencanakan atau mengutus kita pada murka pembalasan Allah. Sebaliknya, sejak awal Allah justru merencanakan agar kita dapat memperoleh keselamatan yang dari-Nya–itulah rancangan keselamatan yang sudah Allah tetapkan.
Firman Allah lebih lanjut menjelaskan bahwa murka dan hukuman Allah diberikan dengan tujuan agar umat-Nya dapat menyadari kesalahannya, bertobat dan berbalik untuk kembali ke jalan-Nya. Dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, rasul Paulus menekankan bahwa murka Allah datang ketika kita–yang sudah bertumbuh dalam Kristus, tetapi masih tetap berada dalam keserakahan, hawa nafsu dan segala sesuatu yang duniawi. Kemarahan Tuhan terluap dengan tujuan agar kita–yang sudah terpilih dalam Kristus–dapat kembali pada kehidupan yang menuju pada keselamatan (Kol 3:5-13).
Seorang anak kadangkala berusaha untuk menyembunyikan kesalahannya, karena takut dimarahi. Artinya, ia tahu bahwa perbuatan tersebut semestinya tidak dilakukan. Tuhan, yang adalah Bapa rohani kita, adalah Maha Penyayang. Bahkan rasul Paulus menambahkan bahwa Allah menaruh kesabaran yang besar, menahan diri untuk bersabar terhadap hal-hal yang membuat-Nya murka dan sudah disiapkan untuk kebinasaan (Rm 9:22). Tetapi beban murka itu justru Ia tahan dan tidak dilepaskan-Nya, dengan penuh kesabaran dan kasih Ia malah menuntun kita menuju pada pertobatan. Masih tegakah kita menyalahgunakan kesabaran-Nya? Kiranya kemurahan kesabaran-Nya dapat menyentuh hati kita agar kita dapat menghargai kasih pengorbanan-Nya melalui hidup yang penuh dengan ketaatan pada-Nya. Haleluya.