SAUH BAGI JIWA
“…Tetapi tidaklah diketahuinya, bahwa TUHAN telah meninggalkan dia” (Hakim-hakim 16:20b)
“…Tetapi tidaklah diketahuinya, bahwa TUHAN telah meninggalkan dia” (Hakim-hakim 16:20b)
Simson adalah seorang nazir Allah, yaitu orang yang dikhususkan bagi Allah. Kitab Bilangan 6:3b, 5-6 menjelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang nazir Allah, yaitu: “maka haruslah ia menjauhkan dirinya dari anggur dan minuman yang memabukkan… Selama waktu nazarnya sebagai orang nazir janganlah pisau cukur lalu di kepalanya; sampai genap waktunya ia mengkhususkan dirinya bagi TUHAN, haruslah ia tetap kudus dan membiarkan rambutnya tumbuh panjang. Selama waktunya ia mengkhususkan dirinya bagi TUHAN, janganlah ia dekat kepada mayat orang.”
Namun, apa yang telah dilakukan oleh Simson? Dia bukan hanya mendekati mayat, melainkan juga makan madu yang ada di kerangka singa yang telah mati. Walaupun ini bukan mayat orang, tapi merupakan suatu hal yang najis menurut ketetapan nazir Allah. Simson juga telah mengikuti adat kebiasaan orang Filistin dengan mengadakan perjamuan makan dan minum, yang sangat mungkin di sana terdapat anggur. Selain itu, Simson tidak dapat mengendalikan hawa nafsu dan emosi. Dia menikahi seorang perempuan Filistin, menghampiri perempuan sundal, dan jatuh cinta kepada Delila, seorang perempuan yang justru berusaha untuk mencelakainya. Dia juga adalah seorang yang mudah marah dan terpancing emosi. Terakhir, kelalaiannya telah menyebabkan dia mengungkapkan rahasia tentang kenazirannya dan rambutnya dicukur.
Simson telah melanggar sumpah kenazirannya dengan tidak memelihara kekudusan dan tidak taat pada hukum Allah. Inilah yang menyebabkan Allah meninggalkannya. Namun, sayang sekali, Simson tidak peka. Dia sama sekali tidak menyadari bahwa sesungguhnya Allah telah meninggalkannya. Dia pikir dia selalu kuat dan Allah akan selalu menyertainya seperti yang sudah-sudah.
Apa yang dialami oleh Simson dapat menjadi peringatan bagi kita. Janganlah kita terlalu percaya diri bahwa Tuhan pasti selalu ada di pihak kita dan membela kita. Sebelum berpikir seperti itu, sebaiknya kita harus introspeksi diri. Apakah selama ini kita hidup menurut kehendak Tuhan, taat, dan senantiasa menjaga kekudusan? Apakah ada pikiran atau perbuatan yang tidak sesuai dengan ketetapan Tuhan?
Hal yang perlu kita waspadai adalah ketika pelanggaran yang kita lakukan itu tidak kentara. Seperti jemaat Efesus yang disebut di dalam kitab Wahyu, jemaat di sana bergiat dan tekun dalam pekerjaan Tuhan. Mereka juga mengenal kebenaran karena mereka bisa waspada terhadap pengajaran para rasul palsu. Mereka juga adalah orang-orang yang setia kepada Kristus dan sabar menderita demi nama-Nya. Penampakan luar jemaat Efesus sempurna. Namun, Tuhan mencela mereka karena mereka telah meninggalkan kasih mula-mula!
Oleh karena itu, tepatlah nasihat yang disampaikan oleh Rasul Paulus dalam Efesus 5:15, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.” Perhatikanlah setiap langkah hidup kita, yaitu setiap pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Perhatikan setiap perubahan yang terjadi. Apakah itu perubahan ke arah yang lebih baik atau sebaliknya. Semakin sering kita memeriksa diri, semakin cepat kita mengetahuinya dan semakin mudah bagi kita untuk memperbaikinya.
Jadi, lakukanlah intropeksi diri sesering mungkin, terutama untuk kerohanian kita. Jangan sampai kita berjalan sudah terlalu jauh, dan kita tidak menyadari bahwa kita telah jauh menyimpang serta Tuhan telah meninggalkan kita. Jangan sampai perjalanan kehidupan rohani kita seperti Simson, berakhir dengan tragis dan ditinggalkan Tuhan. Kiranya Roh Tuhan senantiasa membimbing kita agar kita tetap berada di jalan-Nya hingga akhir hidup kita! Haleluya!