SAUH BAGI JIWA
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:44)
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:44)
Mengenai pengampunan, Petrus pernah mengajukan pertanyaan berikut, “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Mungkin Petrus merasa bahwa mengampuni sebanyak tujuh kali sudah merupakan suatu hal yang luar biasa. Namun, jawaban Yesus sungguh di luar dugaan. Dia berkata, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Sangat sulit bukan?
Tetapi pengajaran Yesus tentang pengampunan bukan hanya sampai di situ. Yesus bukan hanya memerintahkan kita untuk mengampuni orang yang telah bersalah kepada kita, tetapi Dia juga memberi perintah untuk mengasihi musuh dan mendoakan orang yang telah berbuat jahat terhadap kita. Sungguh bukan hal yang mudah untuk dilakukan!
Mungkin sebagian orang akan berkata, “Baiklah, saya akan mengampuni dia.” Tetapi untuk mengasihi musuh, saya tidak bisa. Saya tidak membalas perbuatannya dan mau mengampuninya saja sudah bagus. Jangan minta saya mendoakannya. Tidak mungkin. Itu adalah hal yang mustahil.
Benarkah bahwa mengasihi dan mendoakan musuh kita merupakan suatu hal yang mustahil? Tentu saja tidak. Sebab Yesus sudah membuktikannya. Yesus tidak hanya mengajarkan, tetapi juga melakukannya. Kita tahu bagaimana perlakuan yang telah diterima Yesus sepanjang perjalanan-Nya ke Bukit Golgota. Betapa Dia telah dihina, direndahkan, dan dianiaya. Bahkan para penjahat pun tidak diperlakukan seperti itu! Tetapi Yesus membalas perbuatan jahat itu dengan mendoakan mereka. Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk 23:34a).
Yesus sendiri telah memberikan teladan ini bagi kita, sekaligus membuktikan bahwa hal ini bisa dilakukan. Asal saja kita memiliki tekad untuk taat kepada Yesus dan mau menjadi serupa dengan Dia, maka kita bisa mengasihi dan mendoakan musuh. Kasih kepada Yesus membuat kita rela untuk menyangkal dan merendahkan diri. Kita bersedia melakukan apapun untuk menyenangkan Dia, walaupun untuk itu kita harus menderita atau mengorbankan harga diri kita.
Ini memang tidak mudah untuk dilakukan, tetapi bukan hal yang mustahil. Namun, jika sampai sekarang kita masih belum bisa melakukannya, paling tidak, kita memiliki tekad untuk melakukannya dan mau berusaha. Tuhan pasti akan membantu kita. Dan jika kita sungguh-sungguh, kita pasti bisa. Berdoalah untuk itu. Percayalah bahwa jika kita berhasil melakukannya, Yesus akan disenangkan.
“Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran” (3Yoh 1:4). Tentu saja, jika penulis surat Yohanes saja sangat bersukacita ketika anak-anaknya hidup dalam kebenaran, apalagi Bapa di surga, ketika melihat anak-anak-Nya hidup benar dan mau taat kepada-Nya. Dia pasti akan sangat bersukacita juga.
Jadi, marilah kita belajar untuk mengampuni musuh kita, sekaligus mengasihi dan mendoakannya; agar melalui perbuatan baik kita itu, hatinya dapat tergerak dan mau bertobat untuk menuju kepada jalan Kristus.