SAUH BAGI JIWA
“Sebab itu berkatalah Yosua kepada orang Israel: “Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu?“
“Sebab itu berkatalah Yosua kepada orang Israel: “Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu?“
Dalam bahasa pergaulan anak-anak muda masa kini, ada istilah “mager,” sebuah singkatan dari “malas gerak.” Biasanya istilah mager dipakai untuk mendeskripsikan suatu alasan penolakan terhadap suatu ajakan seseorang dengan alasan tertentu, seperti: Tidak tertarik, tidak semangat, atau karena tidak ingin beraktivitas. Dibandingkan pergi ke luar, mereka mungkin lebih memilih berselancar di internet, bermedia sosial atau melakukan streaming youtube sambil rebahan.
Dalam kitab Yosua pasal 18 diceritakan bahwa ada tujuh suku di antara orang Israel, yang belum mendapat bagian milik pusaka. Dan ketika Yosua melihat keadaan tersebut, ia menegur mereka yang bermalas-malasan. Selain itu, Yosua juga memerintahkan kepada tiap-tiap suku itu untuk mengambil tiga orang, dan berpesan kepada mereka untuk menjelajah dan mencatat bagaimana keadaan negeri Kanaan.
Dari ayat tersebut kita mengetahui bahwa cukup banyak dari bangsa Israel yang sesungguhnya tidak mau berperang. Mereka tidak mau berjuang untuk mendapatkan milik pusaka yang dijanjikan. Jangankan pergi berperang, menjelajah negeri Kanaan dan mencatat keadaannya pun mereka tidak mau. Mereka baru mau bergerak ketika Yosua menegur. Dengan kata lain, mereka baru mau jalan ketika diperintahkan untuk berjalan. Mereka lebih suka bermalas-malasan daripada berjuang demi masa depan sendiri dan anak-anak mereka. Terbukti bahwa sampai zaman hakim-hakim pun, masih ada suku yang belum mendapatkan milik pusakanya (Hak 18:1, 9).
Sebagai umat pilihan Allah, pada hari ini pun kita tidak terlepas dari sifat bermalas-malasan. Janganlah kita melakukannya, melainkan hendaknya kita bersemangat dalam mengerjakan bagian yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita. Sebagai seorang pelajar atau seorang mahasiswa, hendaknya kita rajin belajar tanpa harus menunggu teguran terlebih dahulu dari guru, rektor maupun orang tua kita. Sebagai pekerja, hendaknya kita tekun tanpa harus menunggu teguran dari atasan karena pekerjaan kita belum terselesaikan atau sudah melewati batas waktu yang ditentukan.
Demikian pula halnya dalam kehidupan rohani kita, untuk mencapai pengharapan yang akan datang kita harus bersemangat dan berlomba-lomba di dalam kesungguhan bukan bermalas-malasan. Penulis kitab Ibrani pun menasihati para pembaca, “…tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah” (Ibr 6:11-12). Haleluya!