SAUH BAGI JIWA
“Setelah orang Israel selesai membagikan negeri itu menjadi milik pusaka mereka menurut daerah-daerahnya, maka kepada Yosua bin Nun diberikanlah milik pusaka di tengah-tengah mereka“
“Setelah orang Israel selesai membagikan negeri itu menjadi milik pusaka mereka menurut daerah-daerahnya, maka kepada Yosua bin Nun diberikanlah milik pusaka di tengah-tengah mereka“
Di dalam dunia kerja, ada beberapa macam cara seseorang menerima penghasilan. Sebagian orang bekerja terlebih dahulu baru setelah itu menerima penghasilan atas hasil kerjanya. Sebagian orang menerima sebagian penghasilan terlebih dahulu dan setelah selesai pekerjaannya maka sisa penghasilannya baru diberikan secara penuh. Sebagian lagi menerima penghasilan secara penuh terlebih dahulu dengan perjanjian kontrak yang mengikat, baru setelah itu bekerja sesuai dengan kontrak yang disepakati.
Berbeda bidang pekerjaan, berbeda pula metode pemberian penghasilannya. Namun dari setiap metode yang ada –entah itu diberikan di akhir, diberikan sebagian di awal dan sebagian di akhir, ataupun semua diberikan di awal– memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dari semua metode tersebut ada faktor yang senantiasa saling berhubungan, yaitu mendapat penghasilan dan juga melakukan pekerjaan.
Kembali ke persiapan mental dari sang pekerja itu sendiri. Apakah dia rela bekerja terlebih dahulu dan mendapat penghasilan di akhir? Apakah dia siap mendapat sebagian lalu bekerja dan mendapat sebagian lagi di akhir? Apakah dia bisa bertanggung jawab ketika diberikan secara penuh di awal lalu baru bekerja?
Sama halnya dengan hubungan kita dengan Tuhan. Hubungan sang pemberi berkat dengan yang menerima berkat. Mental apakah yang kita miliki sebagai penerima berkat dari Tuhan?
Mental yang rela bekerja terlebih dahulu baru menerima berkat Tuhan? Mental yang siap menerima sebagian lalu bekerja dan menerima sebagian lagi di akhir? Mental yang bisa bertanggung jawab atas berkat yang diberikan secara penuh di awal lalu bekerja sepenuh hati setelahnya?
Tidak ada yang salah dari beberapa macam mental yang telah disebutkan. Tentunya mental seseorang diharapkan akan mengalami pertumbuhan seiring dengan berjalannya waktu dan kedekatan hubungan rohani orang tersebut bersama dengan Tuhan. Tetapi yang harus digarisbawahi adalah ada dua faktor yang saling berhubungan, yaitu menerima berkat dan bekerja.
Seperti yang tercatat di dalam kitab Yosua 19:49, “Setelah orang Israel selesai membagikan negeri itu menjadi milik pusaka mereka menurut daerah-daerahnya, maka kepada Yosua bin Nun diberikanlah milik pusaka di tengah-tengah mereka.” Yosua rela bekerja terlebih dahulu baru menerima berkatnya di akhir dari pekerjaan yang ia lakukan. Ada berkat yang diterima namun tetap ada pekerjaan yang Yosua tuntaskan.
Terkadang sebagai umat percaya kita belum memiliki mental penerima berkat yang seharusnya. Kita memohon berkat dari Tuhan tetapi kita tidak rela melakukan pelayanan untuknya. Kita meminta Tuhan memberkati kita tetapi kita tidak siap menjalankan pekerjaan pelayanan Tuhan. Kita sudah terima berkat Tuhan namun kita tidak bertanggung jawab atas berkat itu, kita hanya menikmati berkat yang sudah lebih dahulu Tuhan berikan kepada kita.
Yosua memberikan sebuah teladan kepada kita bahwa berkat terkait dengan pelayanan yang dilakukan untuk Tuhan, pelayanan yang dilakukan untuk gereja, pelayanan yang dilakukan untuk saudara-saudari seiman, atau pun pelayanan yang dilakukan untuk sesama.
Marilah kita memiliki mental penerima berkat yang benar. Jangan hanya menjadi pemohon, peminta dan penikmat berkat Tuhan saja. Hendaknya kita juga menuntaskan pekerjaan pelayanan untuk Tuhan, untuk gereja, untuk saudara-saudari seiman dan juga untuk sesama manusia.