SAUH BAGI JIWA
“Hal itu dipandang baik oleh orang Israel, sehingga orang Israel memuji Allah dan tidak lagi berkata hendak maju memerangi mereka untuk memusnahkan negeri yang didiami bani Ruben dan bani Gad itu“
“Hal itu dipandang baik oleh orang Israel, sehingga orang Israel memuji Allah dan tidak lagi berkata hendak maju memerangi mereka untuk memusnahkan negeri yang didiami bani Ruben dan bani Gad itu“
Setelah bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu sampai di tanah milik pusakanya, mereka mendirikan sebuah mezbah besar di tepi Sungai Yordan. Mendengar hal itu, orang Israel berniat untuk maju memerangi mereka karena menganggap bani Ruben, Gad dan Manasye mau memberontak terhadap Tuhan. Tetapi, orang Israel terlebih dahulu mengutus Imam Pinehas bersama dengan sepuluh pemimpin dari tiap-tiap suku Israel untuk menanyakan tentang perkara tersebut. “Beginilah kata segenap umat TUHAN: ‘Apa macam perbuatanmu yang tidak setia ini terhadap Allah Israel, dengan sekarang berbalik dari pada TUHAN dan mendirikan mezbah bagimu, dengan demikian memberontak terhadap TUHAN pada hari ini?’ ” (Yos 22:16).
Mendengar tuduhan orang-orang Israel, mereka segera menjelaskan bahwa alasan mendirikan mezbah itu bukanlah karena mereka telah berubah setia atau hendak memberontak terhadap Tuhan. Tujuannya adalah agar mezbah itu menjadi saksi bahwa mereka tetap beribadah kepada Tuhan walaupun berada di seberang Sungai Yordan, tempat yang terpisah dari saudara-saudaranya. Setelah mendengar penjelasan itu, Imam Pinehas dan para pemimpin umat serta para kepala kaum orang Israel mengerti dan tidak lagi hendak memerangi mereka. Bahkan, mereka menganggap hal itu baik.
Tepatlah apa yang dikatakan dalam Amsal 15:1a, “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman.” Bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye menanggapi tuduhan orang Israel dengan kepala dingin. Mereka memberikan penjelasan dengan baik sehingga orang Israel mengerti dan memakluminya. Keadaan bisa berbalik dan menjadi buruk, bahkan bisa memicu terjadinya perang antar saudara jika bani Ruben, bani Gad dan bani Manasye menjadi marah atas tuduhan tersebut.
Oleh karena itu, komunikasi yang baik sangatlah penting. Ketika terjadi kesalahpahaman, kedua belah pihak harus memiliki itikad baik untuk berkomunikasi satu sama lain. Orang Israel tidak serta-merta menyerang bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye; melainkan mereka mengutus orang untuk meminta penjelasan. Bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye pun tidak lekas panas hati, tetapi mau menjelaskan dengan baik. Inilah cara terbaik untuk menyelesaikan kesalahpahaman. Dengan komunikasi yang baik, permusuhan dan kerugian yang tidak perlu bisa dihindari.
Perselisihan dan kesalahpahaman seringkali tidak dapat dihindari. Namun, hal yang terpenting adalah kita dapat menyelesaikannya dengan baik dengan menjadi orang yang sabar dan tidak lekas marah. Amsal 15:18 berkata, “Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan.”
Sebagai anak-anak Tuhan, kita harus menjadi orang-orang yang suka berdamai dengan semua orang. Rasul Paulus menasihati kita, “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” (Rm 12:18). Kiranya hikmat Tuhan beserta agar kita dapat menyelesaikan kesalahpahaman yang kita hadapi dengan penuh kesabaran dan kedamaian agar pertengkaran dapat terhindarkan. Amin.