SAUH BAGI JIWA
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan” (Roma 12:11)
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan” (Roma 12:11)
Makna lirik lagu “Serahkan Yang Terbaik Pada-Nya” karya Howard Grose sungguh dalam. Dikatakan ‘dalam’ karena dapat menyampaikan pesan Tuhan mengenai pelayanan dan persembahan yang hidup. Entah bagaimana latar belakang lagu tadi, yang pasti, lagu tersebut dapat membuat kita berpikir tentang sesuatu yang terbaik yang dapat kita berikan kepada Tuhan.
Tetapi apakah yang dimaksud dengan memberikan yang terbaik? Pada saat ditantang untuk memberikan yang terbaik, kadang kita menjadi bingung karena tidak tahu apa yang terbaik yang dapat diberikan. Memberikan yang terbaik kalau dimaknai secara materi maka yang terlintas dalam pikiran kita mungkin adalah hal-hal lahiriah, yang nampak terlihat.
Di dalam Alkitab, tuntutan memberikan yang terbaik pun dapat dinilai dari hal-hal yang lahiriah. Misalnya, Tuhan tidak menginginkan persembahan korban yang asal-asalan, melainkan korban yang tak bercela (Im 1:3). Persembahan kepada Tuhan sesungguhnya tidak hanya sekadar ternak ataupun harta benda, tetapi juga berbicara tentang keterampilan dan kemampuan kita.
Orang Lewi di Bait Allah melayani Allah dengan kemampuan dan ketrampilan mereka. Mereka dipilih Tuhan bukan untuk menjadi nelayan, petani atau peternak, tetapi dikhususkan untuk melayani Allah dengan talenta mereka. Sehingga dari suku ini lahir orang-orang yang mengerti dengan baik pekerjaan kudus di Bait Allah (1Taw 23). Itulah talenta mereka.
Berbicara tentang talenta, sesungguhnya kita semua pasti memilikinya, entah kita sadari ataupun tidak. Namun yang sering terjadi adalah terkadang kita merasakan talenta milik kita itu begitu kecil artinya. Namun, di hadapan Tuhan, walaupun kita hanya memiliki satu talenta, jika dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh, maka akan sangat berguna bagi pekerjaan Tuhan dan gereja-Nya.
Pada prakteknya, mungkin kita merasa ragu apakah talenta kita yang satu ini sungguh merupakan yang terbaik bagi Tuhan? Bukankah saudara-saudari seiman kita juga memiliki talenta yang serupa dengan kualitas yang jauh lebih baik dari kita?
Tentunya Tuhan menilai ‘yang terbaik’ itu bukan dengan membandingkannya dengan yang lain, tetapi menilainya berdasarkan ukuran dari masing-masing individu. Asalkan kita mempersembahkan yang terbaik dari talenta yang kita miliki, maka itu adalah yang terbaik di mata Tuhan. Walaupun orang menganggap talenta kita itu hanya sekadarnya saja, tetapi di mata Tuhan persembahan kita itu tetap adalah yang terbaik.
Menjadi yang terbaik di mata Tuhan tentu bukan sekadar mempersembahkan saja. Ada hal yang lain yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai kualitas hati yang memberikan. Tuhan juga menuntut hati orang yang bersyukur dan rela dalam memberikan persembahan. Tidak peduli betapa sukarnya kita memberikan persembahan itu, tetap saja harus dengan hati yang rela.
Memberikan yang terbaik pun harus melihat waktu dan kesempatan. Mengabaikan kedua hal tadi dapat mengakibatkan persembahan yang sia-sia. Kesempatan adalah saat waktu Tuhan tiba. Memperhatikan waktu Tuhan adalah lebih penting daripada memaksakan kehendak waktu kita. Dan kita perlu menghargai waktu kita dengan menganggap bahwa setiap waktu dalam pelayanan adalah penting. Dan yang perlu diingat pula adalah bahwa Tuhan tidak pernah menunda-nunda pekerjaan-Nya.
Kalau kita memperhatikan semua yang di atas, maka talenta yang sederhana pun akan menjadi mulia di hadapan Tuhan. Bukan karena banyak atau sedikit tetapi karena kualitas dalam memberikannya itu yang membuatnya menjadi yang terbaik. Amin.