SAUH BAGI JIWA
“Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”” (Lukas 1:38)
“Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”” (Lukas 1:38)
Pernahkah Anda diberikan makanan oleh orang lain secara gratis? Ya, itu adalah sebuah berkat atau anugerah. Namun, bagaimana jika orang tersebut memberikan suatu syarat, yaitu setelah menyantap makanan itu, kita harus mencuci semua piring yang ada di bak cuci piring. Apakah Anda masih akan tetap menerimanya?
Maria dari Nazaret mendapatkan sebuah anugerah besar, yakni menjadi seorang ibu dari Tuhan Yesus. Ini merupakan suatu karunia yang sangat besar dan tidak dimiliki oleh orang lain. Tapi, Maria juga harus memikul hal yang tidak mudah, jika dia bersedia menjadi seorang ibu dari Tuhan Yesus.
Nabi yang digerakkan oleh Roh Allah berkata kepada Maria “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan — dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri — supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” (Luk 2:34-35).
Dituliskan bahwa suatu pedang akan menembus jiwa Maria. Jika kita tergores pisau saja, kita sudah merasakan kesakitan atau keperihan. Penyembuhan yang diperlukan mungkin akan memakan waktu beberapa lama. Bayangkan jika ada suatu pedang yang menembus jiwa kita. Betapa menyakitkannya dan ini tidak mudah untuk diterima.
Jika kita mengetahui bahwa anugerah yang akan kita terima membawa penderitaan, apakah kita masih akan tetap menerimanya? Apakah kita bersedia menerima anugerah yang seperti Maria terima?
Sama halnya dengan seseorang yang dipercaya menjadi diaken juga memiliki tanggung jawab. Jika memikirkan segala kesusahan dan pekerjaan seorang diaken, mungkin kita akan tetap memilih menjadi seorang jemaat saja. Tetapi orang-orang yang mengerti semuanya ini dan tetap menerima jabatan diaken, adalah sebuah kasih karunia Tuhan.
Saat Bapa memberikan anugerah-Nya, kita tidak hanya menikmatinya tetapi juga mengambil tanggung jawab atas anugerah itu, walaupun penuh dengan kesakitan dan penderitaan. Tuhan Yesus menyelamatkan kita dengan mati di kayu salib. Apakah penderitaan yang kita alami dapat dibandingkan dengan Tuhan Yesus? Tuhan Yesus telah mempersiapkan keselamatan itu untuk kita semua. Penderitaan yang kita alami ini tidak akan dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan kita dapatkan.
Seperti yang dikatakan Rasul Paulus, apa yang kita alami tidak dapat dibandingkan dengan apa yang akan kita terima. Maka dari itu Maria bersedia menerima semua ini, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38).
Pada hari ini, kita mau belajar dari Maria, bahwa meskipun anugerah yang Tuhan berikan kepada kita juga membawa suatu penderitaan, kiranya kita tetap bersedia untuk menerimanya. Kita juga mohon kepada Tuhan untuk menyertai kita dan memberikan kita kekuatan.