SAUH BAGI JIWA
Orang-orang Gibeon adalah orang-orang yang cerdik. Ketika mendengar apa yang telah dilakukan Yosua terhadap Yerikho dan Ai, mereka segera mencari akal agar tidak dibinasakan. Mereka mengetahui bahwa sesuai perintah Tuhan, orang Israel harus menumpas habis orang-orang Kanaan. Karena itu, mereka menyamar seolah-olah mereka bukanlah orang Kanaan, melainkan orang-orang yang berasal dari negeri yang jauh. Kemudian, mereka menyediakan bekal, mengambil karung dan kirbat anggur yang buruk, serta mengenakan pakaian dan kasut yang usang. Selain itu, mereka juga ingin mengambil hati orang Israel dengan memberikan bekal mereka kepada orang Israel. Dengan cara itu seolah-olah mereka ingin menjalin persahabatan dengan orang Israel. Melihat hal itu, Yosua mengadakan persahabatan dengan mereka dan mengikat perjanjian dengan mereka bahwa dia akan membiarkan mereka hidup.
Berkat kecerdikan mereka, orang-orang Gibeon itu selamat dari maut. Tepatlah yang dikatakan dalam Pengkhotbah 9:18a, “Hikmat lebih baik daripada alat-alat perang.” Tanpa berperang, mereka dapat menyelamatkan nyawa. Bahkan dalam Pengkhotbah 7:19 dikatakan bahwa hikmat memberi kepada yang memilikinya lebih banyak kekuatan daripada sepuluh penguasa dalam kota. Orang Gibeon yang cerdik memiliki respon yang sangat berbeda dibandingkan raja-raja yang ada di sebelah barat sungai Yordan. Setelah mereka mendengar kabar tentang keperkasaan orang Israel, para raja itu malah bersekutu untuk memerangi Yosua dan orang Israel. Mereka tidak menggunakan akal mereka, tetapi mengandalkan kekuatan otot untuk melawan orang Israel. Akibatnya, mereka binasa.
Di sini kita melihat betapa pentingnya bagi seseorang untuk memiliki hikmat dan berakal budi. Amsal 3:13 berkata, “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian.” Sebab orang yang berhikmat memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan yang dapat mempermudahnya dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Jika hikmat manusia dapat memberikan kemudahan dan menyelamatkan, apalagi hikmat yang berasal dari atas. Ia bukan hanya dapat mendatangkan keselamatan bagi kita di dunia ini, melainkan juga sampai kekekalan. Karena itu, penting bagi setiap orang percaya untuk memiliki hikmat Tuhan. Rasul Paulus menasihatkan orang-orang Efesus untuk memohon hikmat. “Dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar” (Ef 1:17).
Dengan hikmat Allah, kita bisa mengenal Tuhan, memiliki pengertian atas kebenaran dan mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna sehingga menjadikan kita orang-orang yang berkenan kepada-Nya. Ketika memiliki hikmat, kehidupan kita tidak akan menjadi sia-sia, karena kita tidak lagi mengarahkan hati dan pikiran kita pada perkara-perkara di bumi yang fana ini, melainkan memikirkan perkara-perkara di atas yang dapat menyelamatkan kita. Itulah sebabnya Amsal 15:24 berkata, “Jalan kehidupan orang berakal budi menuju ke atas, supaya ia menjauhi dunia orang mati di bawah.”
Sebagai orang Kristen, ketulusan hati kita harus disertai dengan hikmat rohani agar kita tidak binasa dan selamat sampai ke surga.