SAUH BAGI JIWA
[su_icon icon=”icon: calendar” color=”#d19636″ size=”18″ shape_size=”4″ radius=”36″] Renungan Tanggal: 24 Jul 2023
“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu“
“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu“
Saya terkesan dengan lagu “Giranglah Jiwaku” ciptaan Horatio Spafford yang dinyanyikan pada suatu kebaktian Sabat. Saya merasa tersentuh dengan lirik lagunya, sehingga mendorong saya untuk mencari apa sesungguhnya yang melatarbelakangi terciptanya lagu tersebut.
Ternyata, ada suatu kisah yang tragis di baliknya. Lagu ini tercipta ketika Spafford sedang dalam pelayaran, untuk menemui istrinya, satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan kapal. Pada waktu itu, istri dan keempat putrinya sedang dalam pelayaran untuk menyaksikan suatu seminar Kristen. Namun, terjadi kecelakaan yang menyebabkan keempat putri mereka tenggelam ke dasar laut. Hanya istrinya yang selamat. Selain kehilangan keempat putrinya, sebelumnya Spafford juga telah kehilangan putra tunggalnya karena sakit dan juga kehilangan seluruh hartanya dalam suatu kebakaran.
Sungguh malang kehidupan Spafford! Bukan hanya kehilangan harta, dia pun harus mengalami kehilangan semua anaknya. Kehilangan orang terkasih merupakan hal yang sangat menyakitkan. Namun, Spafford tetap tegar. Dia tidak kalah oleh pencobaan. Bahkan di tengah pencobaan yang berat itu, dia justru dapat menciptakan pujian yang menjadi berkat bagi banyak orang. Walaupun sedih dan menderita, namun dia tetap memiliki damai sejahtera. Karena dia memahami bahwa walaupun tubuh ini secara fisik dapat binasa, tetapi orang-orang yang percaya Yesus, rohnya dapat tetap hidup untuk selama-lamanya.
Pengharapan akan surga inilah yang memberinya kekuatan dan penghiburan, serta damai sejahtera.
Damai sejahtera dan sukacita di tengah penderitaan yang dialami Spafford ini mengingatkan kita akan sebuah peristiwa dalam Kisah Para Rasul. Paulus dan Silas didera dan dimasukkan ke dalam penjara, karena mereka telah mengusir roh jahat dari seorang perempuan di Filipi. Dalam kondisi kesakitan dan terbelenggu, mereka tetap dapat berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah. Sungguh luar biasa!
Yesaya 26:3 berkata, “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.” Iman dan pengharapan seperti inilah yang membuat Spafford, Paulus, dan Silas, dapat tetap memiliki damai sejahtera dan sukacita di tengah penderitaan. Dengan iman kepada Kristus, kita akan dapat mengalahkan dunia! Apapun yang terjadi, kita percaya bahwa rancangan Tuhan adalah yang terbaik bagi kita. Damai sejahtera dari Tuhan melampaui segala akal manusia. Dengan demikian, dalam kondisi apapun, biarlah kita selalu bersukacita dalam pengharapan, bersabar dalam kesesakan, dan bertekun dalam doa (Rm 12:12).
Kiranya kita dapat belajar dari teladan Spafford, Paulus, dan Silas. Sikap mereka dalam menghadapi penderitaan telah menjadi suatu kesaksian yang luar biasa bagi kita semua. Kiranya kita pun dapat bersikap sama ketika penderitaan terjadi atas diri kita. Biarlah dalam kondisi apapun, jiwa kita dapat senantiasa bergirang.
Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kita dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kita, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kita berlimpah-limpah dalam pengharapan.