SAUH BAGI JIWA
“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya“
(Yakobus 1:22-24)
“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya“
(Yakobus 1:22-24)
Window shopping artinya adalah perbuatan yang melihat-lihat barang di etalase toko, namun tanpa ada keinginan untuk membeli. Misalkan saja, saat kita berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan sambil melihat-lihat barang di balik etalase toko. Kegiatan ini bisa juga disebut rekreasi yang murah meriah. Ada juga yang mengistilahkan cuci mata gratis dan yang melakukannya mungkin akan merasa senang sambil membayangkan jika ia memiliki barang-barang di balik etalase itu.
Saat window shopping, mungkin ada orang yang akan masuk dan bertanya-tanya tentang suatu produk dengan sangat rinci. Namun, pada akhirnya, orang tersebut hanyalah sekadar melihat dan bertanya, tidak ada keinginan untuk membeli. Bagi si pemilik toko, tentu perilaku ini tidak terlalu menggembirakan sebab mereka sudah melayani sedemikian rupa, baik di dalam menjelaskan berbagai macam pertanyaan maupun sampai mendemonstrasikan keunggulan fitur-fitur yang ada dalam produk tersebut; tetapi pada akhirnya hanya ingin memuaskan keingintahuan orang yang sedang window shopping.
Setidaknya si penjaga toko merasa bersyukur bahwa ada orang yang mampir ke tokonya walau tidak ada barang yang terjual. Di dunia perdagangan, perilaku window shopping ini adalah sesuatu hal yang sangat umum terjadi.
Namun, perilaku window shopping justru memiliki dampak buruk dalam kehidupan rohani. Pada hari ini, banyak orang yang mencoba untuk datang ke gereja seperti layaknya window shopping. Mereka pergi dari gereja yang satu ke gereja yang lain. Mereka datang sekadar untuk melihat-lihat, mendengarkan musik, pujian, kesaksian ataupun khotbah. Namun, seusai itu semua, mereka pulang tanpa ada keinginan untuk melakukan Firman Tuhan ataupun menyelidikinya lebih lanjut. Sang penulis surat Yakobus dengan tegas menuliskan bahwa orang yang demikian bagaikan orang yang menipu dirinya sendiri–ia mengaku sebagai orang yang percaya namun sesungguhnya ia tidak memiliki keinginan untuk menjadi pelaku Firman.
Kegiatan ibadah atau kehidupan bergereja sesungguhnya bukan seperti layaknya jalan-jalan atau window shopping, bebas melihat-lihat tanpa disertai komitmen. Menjadi seorang pelaku Firman artinya setelah kita menerima pengajaran tentang kebenaran Tuhan, kita mau menanggapi rencana keselamatan yang telah Tuhan berikan dengan menunjukkan ketaatan kita dan komitmen kita untuk tetap setia mengikuti bimbingan-Nya. Kiranya kasih kemurahan-Nya menaungi kita semua.
Selamat beraktivitas dan Tuhan Yesus memberkati.