SAUH BAGI JIWA
“…. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (Yohanes 8: 11)
“…. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (Yohanes 8: 11)
Frase “awas dosa” sering saya dengar dari ucapan orang tua saya saat mereka memperingatkan saya dalam menjalani kehidupan. Perkataan itu memberikan isyarat untuk tidak melakukan kejahatan atau menjauh dari dosa. Nasihat dari orangtua sesungguhnya sejalan dengan apa yang telah dicatatkan dalam firman Tuhan tentang bagaimana kita menjalani kehidupan rohani kita, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1Pet 5:8).
Ucapan “awas” mengingatkan kita untuk berhati-hati, dan “berjaga-jagalah” memberitahukan kita untuk tidak lengah. Sebab kecerobohan dan sikap menganggap remeh akan membawa kita pada kejatuhan terhadap dosa.
Penulis Kitab Kejadian pun mencatatkan dengan jelas peringatan tersebut, terutama bagaimana Adam dan Hawa–yang awalnya hidup dengan tentram dalam taman Eden–akhirnya jatuh dalam dosa dikarenakan mereka lengah dan tidak berhati-hati, termakan oleh bujukan Iblis yang sesungguhnya adalah firman Tuhan yang diputar-balikkan.
Bujukan serupa untuk memutar-balikkan firman Tuhan juga dilakukan Iblis kepada Tuhan Yesus saat Ia lapar setelah usai berpuasa empat puluh hari empat puluh malam. Namun, Yesus tidak lengah. Segala bentuk perkataan si Iblis ditanggapinya dengan hati-hati. Meskipun Iblis beberapa kali menyalahgunakan bahkan menggunakannya untuk menggoda keinginan daging Yesus, Tuhan Yesus senantiasa terjaga dan siap sedia untuk menafsirkan firman-Nya sesuai dengan kebenaran Tuhan!
Pada hari ini pun, Iblis bagaikan singa yang sedang mencari orang yang dapat ditelannya, berusaha untuk menjatuhkan kerohanian kita–baik melalui dusta ataupun ketakjuban dengan penyamarannya sebagai malaikat terang. Kegigihan Iblis untuk menjatuhkan umat Tuhan digambarkan dengan jelas oleh rasul Petrus, bahwa Iblis “berjalan” dan “mencari untuk ditelan,” keduanya adalah kosa kata dengan nuansa berkelanjutan dan terus-menerus dalam bahasa Yunani. Dengan kata lain, perbuatan “awas,” “sadar,” “berjaga-jaga” juga harus kita lakukan secara senantiasa dan berkelanjutan tanpa henti.
Seperti halnya perkataan bijak, “Kita tidak bisa melarang burung terbang di atas kepala kita, tetapi kita bisa menghentikan burung untuk bersarang di atas kepada kita.” Demikian pula halnya dengan bujukan dosa–meskipun kita hidup di tengah-tengah angkatan yang jahat, pilihan untuk mengikuti arus atau melawan arus tetap berada di tangan kita.
Kata-kata peringatan “awas,” “sadar,” “berjaga-jaga” bukan sekadar kalimat perintah, melainkan pengingat bagi kita untuk secara terus-menerus mengerjakan keselamatan kita dengan penuh perhatian dan kesiapan supaya kita tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kita bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia (Fil 2:15). Haleluya, Amin.