SAUH BAGI JIWA
“Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?“
“Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?“
Satu jam bisa terasa lama, bisa juga terasa sebentar–tergantung dari situasi yang ada. Jika dibandingkan dengan keseluruhan sati hari atau 24 jam, tentu satu jam itu singkat. Jika dibandingkan dengan satu menit, tentu satu jam terasa lama. Namun, dalam situasi yang mendesak ataupun genting, waktu satu jam itu begitu berharga, tidak akan kita lewati begitu saja.
Menjelang penangkapan Tuhan Yesus di Taman Getsemani, Tuhan menyuruh Petrus, Yohanes dan Yakobus berjaga-jaga bersama-Nya. Ketika Tuhan Yesus berdoa, ternyata murid-murid-Nya tertidur karena kelelahan. Melihat keadaan tersebut Tuhan Yesus menegur mereka: “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?”
Pertanyaan Yesus kepada murid-murid harusnya menjadi teguran tersendiri. Dalam Injil Matius, penulis telah menekankan bahwa beberapa kali Tuhan Yesus menyampaikan akan penangkapan dan kematian-Nya. Bahkan mendengar hal itu, murid-murid menjadi begitu sedih. Saat mengajak murid-murid ke taman Getsemani pun, Tuhan Yesus kembali menyampaikan isi hatinya bahwa hati-Nya sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Dalam kepedihan itu, Yesus meminta murid-murid untuk tinggal dan berjaga-jaga dengan-Nya (Mat 26:38). Situasi genting dan mendesak semakin memuncak. Sisa waktu hidup Yesus tinggal sedikit lagi. Seharusnya, berjaga-jaga selama satu jam dalam kondisi yang demikian genting sungguh tidak terasa!
Namun, apa yang terjadi? Murid-murid tertidur. Seakan-akan mereka tidak peduli dan mengabaikan kepedihan hati Yesus. Tetapi benarkah murid-murid tidak peduli? Dari teguran Tuhan Yesus itu mengingatkan kita akan beberapa hal:
Pertama, pencobaan mengancam setiap saat. Firman Tuhan mengatakan: “Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1Ptr 5:8). Dari firman ini kita tahu bahwa iblis mengetahui titik kelemahan manusia, dan berusaha memanfaatkan kelemahan kita untuk menjerat dan menjatuhkan kita. Karena itu Tuhan mengingatkan murid-murid-Nya di Taman Getsemani supaya mereka berjaga-jaga dan berdoa. Bila tidak berjaga-jaga mereka akan terjebak jeratan iblis. Penyangkalan Petrus sebanyak tiga kali terhadap Tuhan merupakan bukti yang Nyata.
Kedua, pada hakekatnya daging lemah. Umumnya manusia takut menderita dan ingin hidup senang. Karena itu iblis seringkali menggunakan sakit penyakit, permasalahan hidup, maupun penganiayaan untuk menjerat kita. Bila cara ini tidak berhasil, maka iblis akan menggunakan kesenangan dunia untuk menjerat kita, seperti memberi berkat yang berlimpah. Bila kita tidak berjaga-jaga, maka lambat laun kita akan terikat oleh berkat itu sendiri sehingga tanpa kita sadari kita terbawa dalam kehidupan yang penuh keinginan daging; hidup dalam pesta pora, hawa nafsu, dan keserakahan, yang pada akhirnya akan membuat kita semakin jauh dari Tuhan dan melupakan-Nya.
Kata “tertidur” juga pernah digunakan oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, untuk memperingatkan mereka agar hendaknya kerohanian mereka dibangunkan dan bangkit. Pada hari ini, pertanyaan Yesus “sanggupkah berjaga-jaga satu jam” sesungguhnya menunjukkan bahwa serangan iblis di akhir zaman ini semakin gencar bagi kehidupan kerohanian kita.
Oleh karena itu, hendaklah bangkitkan kerohanian kita dengan bersandarkan kuasa Roh Kudus agar kita dapat melawan cobaan si jahat dan dapat melawan keinginan daging kita. Dengan demikian, dalam waktu yang singkat ini, bersama Tuhan Yesus kita dapat menjaga pertumbuhan rohani kita sampai pada kedatangan-Nya kembali. Haleluya.