SAUH BAGI JIWA
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu“
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu“
Orang tua harus menanamkan pandangan yang tepat kepada anak-anak, memahami keadaan pergaulan anak dan dapat memberikan pengarahan yang benar pada waktu yang tepat. Di usia remaja, rasa ingin tahu mereka terutama terhadap lawan jenis, mulai meningkat. Apabila kedua belah pihak sudah terlanjur menaruh perasaan dan orang tua terlambat menyadari, di kemudian hari dapat menimbulkan luka yang sebenarnya bisa kita hindari.
Mungkin orang yang belum percaya ini lebih hangat, lincah, lucu, lembut, dan penuh pengertian, tapi janganlah kita mempunyai pemikiran “karena ia mengejar, maka mencoba bergaul dulu dengannya!” atau “ikuti saja sewajarnya, siapa tahu ia akan menjadi percaya, bukankah ini juga sebuah kebaikan?” Pandangan tersebut seakan-akan membenarkan tindakan tersebut.
Alkitab memberitahu dengan jelas: “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?” (2Kor 6:14-15). Sesungguhnya mereka yang menikah dengan orang yang tak percaya, lebih banyak tantangan dalam hal iman, daripada mereka yang menikah dengan saudara seiman.
Orang tua harus menegaskan, pada masa sekolah kegiatan berpacaran, sekalipun dengan saudara seiman, dapat mempengaruhi fokus belajar. Jangan karena melihat orang lain berpasang-pasangan dan sepertinya sangat bahagia, maka juga ingin mencobanya. Hendaklah orang tua memberitahu anak bahwa sebagai murid harus menitikberatkan pada pelajaran sekolah. Jika pikiran bercabang antara sekolah dan berpacaran, ini akan mempengaruhi pelajaran. Sekalipun saling mengagumi, mereka harus dapat menjaga jarak.
Manusia adalah makhluk yang berperasaan, makin hari makin timbul perasaan adalah wajar. Orang tua harus mendorong anak-anak sedapat mungkin mengikuti kegiatan-kegiatan di gereja, seperti: kebaktian atau kegiatan persaudaraan. Hendaklah menghindari bergaul secara perorangan dengan lawan jenis. Pada saat diadakan kegiatan, sasaran teman bicara harus merata, jangan hanya berbicara dengan seorang lawan jenis saja. Bahan pembicaraan harus dipilih secara hati-hati, hindari pembahasan masalah pria dan wanita, agar lawan bicara tidak salah paham. Berpakaianlah dengan sederhana, sopan, jangan berdandan berlebihan, jangan suka menonjolkan diri atau pamer. Harus senantiasa menunjukkan tingkah laku sebagai umat Kristen dan rendah hati; semua ini dapat mengurangi masalah kemudian hari yang tidak kita inginkan.
Yang terpenting, orang tua harus senantiasa mengetahui perkembangan pergaulan anak-anaknya, agar sewaktu anak terjerat dalam masalah perasaan, dapat membantu pada saat yang tepat. Jika mendapati anak lebih sering menggunakan media sosial dan chat sampai berjam-jam, kebiasaan sehari-hari berubah, emosi dan pembicaraannya berbeda, pelajarannya mundur, maka orang tua harus waspada dan mencari tahu dengan teliti.
Cara yang terbaik adalah memupuk jalur komunikasi yang baik dengan anak. Jangan terlalu memaksakan pandangan sendiri seperti seorang diktator, semua harus mendengarkan ‘saya’. Cobalah memakai pendekatan sebagai teman; dengan melakukan diskusi bersama, anak akan menceritakan semuanya dan setelah mengerti maka orang tua dapat memberikan perhatian, dan membimbing mereka agar tidak salah jalan.
Kita harus bergembira menghadapi proses perkembangan anak. Yang penting adalah kita harus menjadi guru dan sahabat bagi mereka. Kita selaku orangtua harus memberikan bimbingan pada waktu yang tepat, pada saat anak-anak membutuhkan kita. Kita harus mendoakan agar dalam pergaulan dengan lawan jenis, mereka mendapatkan pemeliharaan kasih Tuhan dan belajar firman kebenaran tentang bergaul dengan lawan jenis. Tuhan Yesus menyertai kita semua.