SAUH BAGI JIWA
“Seperti arang untuk bara menyala dan kayu untuk api, demikianlah orang yang suka bertengkar untuk panasnya perbantahan”
“Seperti arang untuk bara menyala dan kayu untuk api, demikianlah orang yang suka bertengkar untuk panasnya perbantahan”
Pertengkaran adalah seperti api yang menghanguskan. Orang yang suka bertengkar sama seperti orang yang menaruh arang dan kayu ke dalam api, yang dapat menyulut api sehingga menjadi semakin besar. Masalah sederhana dapat menjadi besar akibat amarah yang tidak terkendali. Seorang teman dapat menjadi musuh dalam sekejap karena suatu pertengkaran.
Di dalam Alkitab, kita dapat menemukan contoh tentang bagaimana pertengkaran dapat memutuskan ikatan persaudaraan. Ini berawal dari tuduhan dan kecurigaaan Isyboset terhadap Abner bahwa Abner telah menghampiri gundik Saul, ayahnya. Tentu saja tuduhan tersebut menyebabkan Abner menjadi sangat marah. Sejak itu, dia tidak lagi memihak kepada keluarga Saul, melainkan berbalik dan memihak kepada Daud. Sangat disayangkan! Kecurigaan yang tidak beralasan itu telah memutuskan ikatan persaudaraan antara Abner dan Isyboset, yang sesungguhnya adalah paman dan kemenakan. Abner yang begitu setia kepada keluarga Saul, bahkan juga membantu Isyboset naik takhta, sekarang membelot. Kawan berubah menjadi lawan. Kemudian, kita ketahui bahwa pada akhirnya keduanya mengalami nasib yang mengenaskan. Abner dibunuh secara tragis oleh Yoab, dan Isyboset dibunuh oleh anak buahnya sendiri di tempat tidurnya. Seandainya Isyboset tidak membangkitkan kemarahan Abner dan Abner tidak emosi, tentu perseteruan ini tidak akan terjadi.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjadi orang yang sabar, yang dapat mengendalikan diri. Jangan cepat marah dan emosi. Emosi sesaat dapat mengakibatkan penyesalan yang dalam. Amsal 14:17 berkata, “Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar.”
Belajarlah dari Ishak yang penyabar. Setelah menetap di Gerar, ia menggali kembali sumur-sumur ayahnya yang telah ditutup oleh orang Filistin. Dan didapati di situ mata air yang berbual-bual airnya. Tetapi kemudian para gembala Gerar mengklaim bahwa sumur itu adalah milik mereka. Ishak mengalah. Ia menggali sumur lain. Hal yang sama terjadi lagi dan Ishak kembali mengalah dan pindah ke tempat lain. Di sini kita melihat betapa Ishak sabar menghadapi orang-orang Gerar. Daripada terus bertengkar dengan mereka, Ishak memilih untuk mengalah dan merelakan sumur itu, walaupun ia bisa saja bersikeras mempertahankan apa yang memang merupakan miliknya. Dan kebaikan dan kesabarannya membuahkan hasil. Tidak peduli di mana pun ia berada, Tuhan senantiasa memberkatinya.
Sungguh terdapat perbedaan yang sangat besar antara Abner dan Ishak. Abner tidak dapat mengendalikan diri. Amarahnya langsung bangkit mendengar tuduhan Isyboset, sedangkan Ishak dengan sabar menghindari pertengkaran. Akibatnya, Ishak diberkati secara berkelimpahan, sedangkan Abner binasa. “Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan, tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak” (Ams 20:3).
Hendaknya kedua contoh ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua agar dapat bersabar dan bertindak hati-hati ketika sedang emosi. Jangan lekas marah dan suka bertengkar dengan orang lain. Mazmur 37:8 berkata, “Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan.”
Kiranya kita dapat meneladani Tuhan Yesus yang sabar dalam menanggung segala sesuatu dan dapat hidup dalam perdamaian dengan semua orang, seperti yang dinasihatkan oleh rasul Paulus dalam Roma 12:18, “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”