SAUH BAGI JIWA
“Si pemalas menganggap dirinya lebih bijak dari pada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana”
“Si pemalas menganggap dirinya lebih bijak dari pada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana”
Suatu hari di tempat berkumpulnya anak-anak muda yang sedang menghabiskan waktu di hari Minggu, munculah di antara mereka seorang pemuda kurus dan lusuh, berjalan dengan sedikit sempoyongan karena mabuk anggur. Anak muda itu berkata “Pak, Tuhan Yesus itu dari dulu sampai nanti tidak pernah berubah, maka saya harus meneladaninya, saya juga tidak akan berubah.” Seketika itu juga terdengar gelak tawa dari anak-anak muda yang sedang berkumpul di situ. Sebenarnya apa yang dikatakan pemuda di atas bukanlah hal lucu yang patut ditertawakan, tapi hanya alasan orang malas untuk tidak berubah.
Orang bijak berkata gelas yang sudah terisi penuh dengan air tidak bisa lagi diisi air , jika dipaksakan pun akan percuma saja, air yang ada pun akan tumpah keluar. Maka yang benar adalah kosongkan dulu gelasnya baru diisi lagi, mirip dengan orang malas yang merasa sudah banyak tahu. Jadi, orang malas identik dengan orang yang sulit berubah atau tidak mau berubah. Mereka selalu punya seribu alasan untuk tidak berubah, merasa sudah tahu segalanya dan menganggap dirinya lebih bijak dari tujuh orang yang bijaksana.
Penulis kitab Amsal berkata “Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak” (Ams 15:22). Orang malas memiliki kecenderungan merasa diri lebih bijak dari orang lain, maka saat mereka mengambil keputusan tidak memakai pertimbangan yang matang dan juga merasa tidak membutuhkan pertimbangan atau nasihat orang lain. Maka tidaklah heran banyak usaha yang dilakukan orang malas berujung pada kegagalan. Berbanding terbalik dengan orang yang rajin, mereka akan banyak belajar dari pengalaman orang lain dan mau menerima banyak nasihat, maka apa yang dilakukannya cenderung berhasil.
Saudaraku, belajar dari kegagalan orang yang malas, orang yang tidak mau berubah, orang yang tidak mau belajar dan juga belajar dari orang yang rajin, orang yang tidak mau berubah dan orang yang tak mau belajar, maka kita bisa mengambil satu kesimpulan dan keputusan mau dibawa kemana arah hidup kita. Apakah kita mau seperti orang yang malas atau mau seperti orang yang rajin? Orang malas mungkin enak di awal tapi kemudian menderita; orang yang rajin mungkin berat di awal tapi kemudian bahagia. Seperti peribahasa mengatakan rajin pangkal pandai, malas pangkal bodoh.