SAUH BAGI JIWA
“Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah”
“Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah”
Sebuah pohon muda dengan dahannya yang lunak dan tangkai yang ramping, sedang bermandikan sinar matahari yang hangat. Tiba-tiba sebuah gunting tajam memotong ujung batangnya. Gunting itu lanjut memotong, kali ini hampir sepertiga bagian batang pohon. Sang tukang kebun melanjutkan pekerjaannya sampai terlihat cukup banyak daun layu berjatuhan di tanah dan juga potongan batang pohon.
Setelah puas, tukang kebun melangkah pergi dengan keyakinan bahwa di musim semi yang akan datang, pohon itu akan menghasilkan lebih banyak daun dan bunga. Mungkin berbuah pula. Namun sekarang pohon itu tampak agak kurus, karena rangkaian dedaunan tidak lagi memahkotai kepalanya dan bunga tidak lagi menghiasinya. Dia diam dan tidak mengerti.
Jika dilihat sekilas, tindakan tukang kebun memangkas pohon tersebut bertentangan dengan akal sehat. Mengapa memotong sesuatu yang diharapkan akan tumbuh atau mengurangi apa yang ingin dipupuk? Namun tukang kebun dengan teliti memotong bagian-bagian yang tidak diinginkan dari pohon tersebut; dedaunan yang membusuk, ranting yang lapuk, bahkan beberapa bagian yang “baik” untuk membuat pohon itu agar tampak lebih rapi. Tukang kebun melihat potensi yang lebih besar pada pohon itu, sebuah pohon yang dapat bertumbuh menjadi kuat dan kokoh, dan ia ingin mewujudkan hal itu dengan memangkas.
Dengan cara yang sama, Tuhan juga melihat potensi kita untuk menjadi tempat curahan anugerah, keindahan dan pada akhirnya, kesempurnaan. Tuhan kita Yesus berkata, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna” (Mat 5:48). Ini bukan suatu angan-angan muluk yang ditetapkan Tuhan untuk kita, tapi ini adalah suatu perintah yang tegas. Karena merupakan perintah, maka Tuhan telah memberikan kita cara untuk mencapainya, dan Dia akan membantu “memangkas” kita. Dialah tukang kebun yang memotong setiap ranting “yang tidak berbuah dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah” (Yoh 15:2).
Cara Tuhan memangkas ada banyak cara, satu di antaranya dengan memangkas diri sendiri. Tuhan sudah melengkapi kita dengan alat-alat untuk memangkas diri kita sendiri. Firman-Nya dan Roh Kudus adalah alat yang efektif yang dapat kita pakai. Melalui Firman-Nya, kita dapat melihat bayangan diri kita dengan jelas. Firman membantu kita untuk mengerti bagian mana yang perlu dipangkas dan mana yang perlu lebih diperhatikan. Penulis kitab Ibrani menggambarkan firman Tuhan itu “hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibr 4:12).
Selain itu, Roh Kudus memberi kita kekuatan untuk melihat dalam cermin rohani ini supaya kita dapat memperbaiki diri kita. Roh Kudus yang diam dalam kita tidak tidur; Dia bukanlah ‘tiket’ yang tidak berfungsi apa-apa yang kita simpan dalam saku kita, sampai kita tiba di pintu surga. Roh Kudus adalah Roh Tuhan, Roh yang bisa mengubah hidup, dan memberi hidup bila kita memilih untuk memperbolehkan-Nya memenuhi kita, mengajar kita, dan mengubah kita.