SAUH BAGI JIWA
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”
(1Yohanes 1:9)
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”
(1Yohanes 1:9)
Walau mungkin bukan jenis didikan yang paling jelas, namun “didikan oleh sesama” ini dapat memberikan pengaruh yang besar. Pemangkasan oleh sesama inilah yang menyadarkan Daud akan dosa perzinahan dan pembunuhannya yang berat. Dari contoh ini, kita dapat belajar untuk mengenali didikan oleh sesama ini, untuk menerima dan mengubah hidup kita agar kita dapat lebih menyenangkan Tuhan.
Setelah mengokohkan kerajaannya, iman Daud perlahan-lahan mulai pudar. Daud tidak lagi berperang bagi Tuhan, tetapi ia hidup dalam kemewahan, bermalas-malasan di ranjang sampai matahari terbenam- dan berjalan-jalan di sotoh rumahnya. Puncak penurunan iman Daud adalah ketika ia berzinah dengan Batsyeba dan membunuh suaminya, Uria. Pada waktu ini, Tuhan menggunakan Natan untuk menegur Daud atas dosanya yang besar.
Setelah Natan memberitahu Daud cerita kiasan tentang seorang kaya yang mencuri satu-satunya anak domba betina milik seorang tetangganya yang miskin, Daud masih tidak menyadari bahwa dirinya adalah sang tertuduh, bahkan dia ingin menghukum mati orang kaya itu. Dia tidak menyadari teguran Tuhan melalui kata-kata Natan.
Banyak dari kita seperti Daud, tidak menyadari dosa kita sendiri. Seringkali kita melihat selumbar di mata orang lain, sedangkan di mata kita sendiri ada balok tapi tidak terlihat.
Ketika Natan melihat bahwa Daud masih tidak memahami perumpamaan tersebut, ia dengan tegas berkata kepada Daud, “Engkaulah orang itu!” Mari sekarang kita perhatikan reaksi Daud yang luar biasa. Daud tidak membantah, tidak juga menyalahkan atau membuat alasan. Kata-kata Natan menusuk hati nurani Daud dan kata-kata yang mendalam ini keluar dari mulutnya: “Aku sudah berdosa kepada TUHAN” (2Sam 12:13).
Bila kita ingat, seumur hidupnya Daud telah melalui berbagai pengalaman di dalam Tuhan. Daud menunjukkan imannya kepada Tuhan sewaktu muda dengan membunuh Goliat. Daud menggubah mazmur yang mengatakan, “Tuhan menjagaku di dalam telapak tangan-Nya.” Daud menunjukkan kebenarannya dengan menolak untuk membunuh Raja Saul. Dan sekarang, Tuhan sudah menjadikan Daud sebagai raja atas seluruh Israel.
Namun Daud tidak menggunakan perbuatan benarnya di masa lalu atau posisinya sekarang sebagai tameng harga dirinya. Melainkan dengan kerendahan hati dan penuh penyesalan, Daud menerima kata-kata kritikan yang keras, yang dia tahu kebenarannya.
Sangat sedikit dari kita yang dapat menerima teguran sesama seperti Daud. Seringkali, suatu koreksi harus terlebih dahulu menusuk menembus lapisan-lapisan dari harga diri, penyalahan dan alasan, sebelum akhirnya dapat menyentuh hati kita. Kita berpegang pada perbuatan-perbuatan benar yang kita lakukan di waktu lalu, atau pada posisi kita dalam gereja, atau masyarakat sekarang ini. Namun perbuatan-perbuatan di masa lalu dan posisi saat sekarang tidak menjamin kebenaran, juga tidak membebaskan orang dari dosa. Terlalu sering kita mengibaskan segala benih pengajaran, sebelum semua itu dapat memperoleh kesempatan untuk mencapai hati kita dan bertumbuh.
Daud menerima benih pengajaran ini dan benih itu segera tumbuh ke dalam hati yang bertobat. Melihat ketulusan hati Daud, Tuhan segera mengampuni. Natan berkata, “TUHAN telah menjauhkan dosamu itu.” Demikian pula, Tuhan berjanji untuk mengampuni dosa kita bila kita memohon pengampunan-Nya.