SAUH BAGI JIWA
“Juga ini adalah amsal-amsal Salomo yang dikumpulkan pegawai-pegawai Hizkia, raja Yehuda”
“Juga ini adalah amsal-amsal Salomo yang dikumpulkan pegawai-pegawai Hizkia, raja Yehuda”
Tuhan bisa memakai siapa saja sebagai alat-Nya, termasuk orang yang tidak pernah diperhitungkan sekali pun. Hal ini terlihat pada zaman raja Hizkia, ketika dia menjadi seorang raja Yehuda. “Ia berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem” (2Raj 18:2a).
Meski terhitung masih muda, Hizkia memiliki hati yang takut akan Tuhan. Ini menunjukkan bahwa ia taat melakukan kehendak Tuhan, hidup benar seperti bapa leluhurnya, Daud. Ketaatan dan kesungguhan hati Hizkia kepada Tuhan terlihat jelas dari tindakannya: “Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan” (2Raj 18:4).
Karena usianya yang masih terbilang muda ketika menjadi raja, mungkin saja ada orang-orang saat itu yang meragukan kepemimpinannya. Mereka merasa ia belum memiliki banyak pengalaman menjalankan tugas-tugas kerajaan, tidak punya cukup keahlian, pengetahuan, keterampilan, hikmat, untuk mengambil keputusan, dan masih banyak lagi alasannya. Tetapi apakah yang menjadi kunci keberhasilan Hizkia sebagai raja Yehuda? “Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya” (2Raj 18:3) Salah satu perbuatan yang dilakukan Hizkia adalah memerintahkan pegawai-pegawainya untuk mengumpulkan amsal-amsal Salomo.
Orang percaya harus melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Namun kenyataannya, di dunia ini banyak orang hidup tanpa kebenaran dengan melakukan kejahatan dan perbuatan asusila. Tetapi bagaimanakah kita hidup benar di mata Tuhan di tengah-tengah orang-orang dunia yang tidak benar? Renungkanlah firman Tuhan setiap hari, agar kita tahu apa yang benar dan yang berkenan di hadapan Tuhan.
Mari kita perlu terus belajar untuk melakukan yang benar di mata Tuhan, himpunlah keberanian sekalipun mayoritas orang di sekitar kita menjalani hidup duniawi. Kiranya Tuhan senantiasa menolong kita untuk terus belajar melakukan yang benar dan berani bertahan dalam kebenaran di tengah-tengah dunia ini.