SAUH BAGI JIWA
“Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri“
“Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri“
Hampir semua ibu rumah tangga pasti mengenal daun salam. Daun tersebut adalah daun yang sering digunakan dalam berbagai jenis masakan. Penggunaannya bisa dengan cara direbus, ditumis, dimasak sup, ataupun disemur. Daun salam memiliki aroma dan cita rasa yang khas. Aroma daun salam baru akan tercium setelah dipetik dan dikeringkan. Namun, setelah masakan menjadi harum, daun salam dalam masakan tersebut sebenarnya sudah tidak terlalu berguna dan akhirnya dibuang.
Hampir mirip dengan peribahasa “habis manis, sepah dibuang,” yang berarti: sesuatu disimpan saat diperlukan saja, dan dibuang jika tidak diperlukan lagi. Demikian pula, sebagian orang yang dapat memberi “rasa” dan “aroma” kebaikan, kedamaian, ketenangan di lingkungannya bagaikan daun salam. Namun, keberadaan dan perbuatan yang telah mereka lakukan cenderung diabaikan atau dilupakan oleh orang-orang sekitar. Boro-boro mendapat imbalan atau penghargaan dari kebaikan yang sudah dilakukannya.
Saudaraku, manusia pada umumnya cenderung merasa enggan untuk melakukan kebaikan jika kebaikan yang dilakukannya tidak berdampak baik untuk dirinya. Namun, pada hari ini kita mau belajar dari daun salam yang selalu memberikan keharuman dan cita rasa khas bagi masakan, meskipun sesudahnya dibuang. Orang bijak pernah berkata, “Lakukan kebaikanmu seperti halnya menuliskan tulisan di atas pasir pantai. Tetapi ukirlah kebaikan orang lain di atas batu.” Janganlah berbangga diri ketika kita dapat melakukan perbuatan baik kepada orang lain. Di sisi lain, hargailah dan ingatlah akan kebaikan yang pernah kita terima dari orang lain, serta teladanilah itu.
Selamat beraktivitas, Tuhan memberkati.