SAUH BAGI JIWA
“Orang tidak akan tetap tegak karena kefasikan, tetapi akar orang benar tidak akan goncang” (Amsal 12:3)
“Orang tidak akan tetap tegak karena kefasikan, tetapi akar orang benar tidak akan goncang” (Amsal 12:3)
Realita kehidupan di dunia bisa begitu ironis dan tragis. Seringkali kita mendengar atau melihat bagaimana orang yang baik dan jujur harus berjuang keras untuk bertahan hidup. Orang benar difitnah atau dikucilkan karena tidak mau ikut serta dalam persekongkolan jahat. Orang yang baik dan takut akan Tuhan didera oleh penyakit berat atau berbagai malapetaka. Di pihak lain, kita melihat orang-orang yang jahat dan curang justru hidup nyaman dan tenteram.
Melihat kondisi seperti ini, mungkin kita bertanya: Mengapa kemalangan menimpa orang benar, sedangkan kemujuran berpihak kepada orang fasik? Asaf, seorang Lewi, juga pernah mempertanyakan hal ini karena merasa cemburu terhadap orang fasik yang bernasib mujur.
Di dalam Alkitab, kita melihat bagaimana Ayub, seorang yang saleh, jujur, takut akan Tuhan dan senantiasa menjauhi kejahatan mengalami hal yang begitu tragis dalam kehidupannya. Pada awalnya, Ayub bertanya-tanya mengapa dia harus mengalami semua hal yang buruk itu. Dia juga sempat patah semangat dan mengira bahwa sebentar lagi dia akan mati. Dia merasa Allah telah meninggalkannya sehingga dia menjadi cemoohan orang.
Namun, pada akhirnya Ayub menang dan diberkati secara berlimpah. Ia tahu bahwa ia melakukan apa yang benar sehingga dengan iman dia dapat berkata, “Meskipun begitu orang yang benar tetap pada jalannya, dan orang yang bersih tangannya bertambah-tambah kuat.” (Ayb 17:9). Ayub percaya bahwa Allah adil dan akan membelanya. Kemalangan orang benar banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu (Mzm 34:20).
Di dunia ini orang fasik mungkin dapat berjaya, hidup sehat, senang dan nyaman. Namun, semua itu tidak akan berlangsung selamanya. Pada akhirnya mereka akan menghadapi penghakiman Tuhan. Saat penghakiman itu tiba, mereka tidak akan luput, tetapi mendapat balasan yang setimpal dengan perbuatan mereka. Apa yang ditabur orang, itulah yang akan dituainya. Tuhan telah berfirman bahwa orang yang melakukan tipu daya tidak akan diam di dalam rumah-Nya, orang yang berbicara dusta tidak akan tegak di depan mata-Nya (Mzm 101:7). Tentulah orang yang jahat tidak akan luput dari hukuman. Setelah merenungkan kesudahan orang fasik tersebut, Asaf pun mengerti dan menyadari kesalahannya.
Bagaimana pun keadaan kita saat ini, apa pun yang kita alami, kita harus senantiasa menempuh jalan orang baik dan tetap menjadi orang yang benar di hadapan Tuhan. Hanya orang benar yang akan diselamatkan dan dapat tetap tegak berdiri di hadapan Tuhan.
Kiranya kita dapat membangun dasar iman kita di atas Batu Karang, yaitu Yesus Kristus sehingga kita menjadi orang yang benar dan kuat dalam menghadapi angin maupun badai dalam kehidupan ini. Sama seperti Rasul Paulus, kita dapat meyakinkan diri kita dengan perkataan ini, “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?” (Rm 8:35).