SAUH BAGI JIWA
“Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut” (Amsal 1:10)
“Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut” (Amsal 1:10)
Penulis Amsal mengingatkan agar setiap orang jangan pernah menyia-nyiakan ajaran orangtua. Dalam ayat 10-13 dikatakan, “Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut; jikalau mereka berkata: ‘Marilah ikut kami, biarlah kita menghadang darah, biarlah kita mengintai orang yang tidak bersalah, dengan tidak semena-mena; biarlah kita menelan mereka hidup-hidup seperti dunia orang mati, bulat-bulat, seperti mereka yang turun ke liang kubur; kita akan mendapat pelbagai benda yang berharga, kita akan memenuhi rumah kita dengan barang rampasan.”
Ayat selanjutnya menuliskan jikalau seseorang mengikuti bujukan tersebut maka orang itu akan memakan buah dari tindakannya. Lebih parah lagi, orang bisa kehilangan nyawanya karena dosa dan kejahatan yang dilakukannya. Oleh karena itu, penulis Amsal menasihati agar orang yang mendengar bujukan sedapat mungkin menahan kakinya. Dengan kata lain, setiap orang harus mengendalikan diri terhadap setiap bujukan dosa yang datang secara tiba-tiba.
Salah satu contoh godaan jahat adalah peristiwa yang menimpa Yusuf. Istri Potifar, majikan Yusuf, menggoda dan membujuknya berkali-kali untuk berbuat dosa. Tetapi, Yusuf selalu menolaknya tanpa kompromi sedikit pun. Ia sangat konsisten dengan imannya karena ia tidak mau melakukan dosa yang besar di hadapan Allah.
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan, sesungguhnya bujukan dosa bukan hanya datang dari luar atau orang lain, tetapi juga kerap kali datang dari dalam hati kita sendiri. Tuhan Yesus berkata, “Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.”
Segala kejahatan bisa muncul dari dalam hati dan pikiran kita sendiri. Namun, prinsipnya tetap sama. Kita harus dapat mengalahkan bujukan yang berasal dari dalam maupun dari luar, bukan justru hanyut dalam dosa. Kita harus meneladani sikap Yusuf yang tidak memberikan ruang sedikit pun terhadap bujukan dosa yang datang menggoda.