SAUH BAGI JIWA
“…dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu” (Filemon 3)
“…dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu” (Filemon 3)
Sebagai seorang yang sudah menjadi tua, rasul Paulus mengawali suratnya dengan salam pembuka bahwa Allah, Bapa dan Tuhan Yesus Kristus beserta dengan Filemon dan seisi rumahnya.
Mengapa rasul Paulus ingin memberikan penekanan pada Filemon bahwa Allah, Sang Bapa rohani menyertai Filemon sekeluarga? Apa hubungannya dengan konflik yang sedang digumuli Filemon terhadap Onesimus?
Penulis Injil Lukas pernah memberikan gambaran tentang karakter Bapa. Di dalam perumpamaan yang diberikan oleh Tuhan Yesus, meskipun anak bungsu pergi meninggalkan bapanya dengan membawa harta yang menjadi haknya serta menghabiskan semuanya; sang bapa tergerak hatinya oleh belas kasihan ketika ia melihat bahwa si bungsu menyadari keadaannya, bertobat dan kembali kepada bapa. Bahkan sang bapa bersukacita karena anaknya si bungsu dahulu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali (Luk 15:11-32).
Dari perumpamaan di atas, Onesimus bagaikan si bungsu yang telah melakukan kesalahan tetapi akhirnya ia menyadari kesalahannya, bertobat dan kembali—meskipun ia bergumul, apakah Filemon mau menerimanya kembali atau tidak. Sedangkan, Filemon bagaikan anak sulung yang sedang bergumul, apakah ia akan mengampuni Onesimus atau tidak.
Terlepas dari pergumulan mereka berdua, rasul Paulus menegaskan bahwa Allah adalah Sang Bapa yang “menyertai kamu.” Dengan kata lain, Bapa Sorgawi akan bersukacita dan berbelas kasihan ketika Onesimus bertobat dan kembali. Di sisi lain, sejak Filemon menjadi anggota keluarga besar Kristus, ia dan seisi rumahnya telah bersama-sama dengan Allah, dan Ia sebagai Bapa mereka senantiasa beserta dalam kehidupan mereka dan memberikan didikan bagi pertumbuhan rohani mereka.
Selain itu, rasul Paulus juga mengingatkan Filemon bahwa Yesus adalah Tuhan. Dalam bahasa Yunani, kata “Tuhan” secara harfiah berarti: “pemilik” atau “tuan,” yaitu: sosok yang memegang kendali atau otoritas.
Mengapa rasul Paulus perlu mengingatkan Filemon akan Tuhan sebagai sosok yang memiliki otoritas dan pemegang kendali?
Penulis Injil Matius pernah menceritakan tentang sebuah perumpamaan antara seorang raja dengan hambanya yang memiliki hutang yang begitu besar jumlahnya. Tergerak dengan belas kasihan, sang raja menghapuskan hutangnya. Dengan belas kasihan serupa, sang raja menginginkan agar hamba yang telah dihapuskan hutangnya juga memberikan belas kasihan terhadap kawannya yang juga berhutang kepadanya.
Sebagai tuan dari Onesimus, tentunya Filemon memiliki hak untuk memperlakukannya sesuai dengan apa yang dipandangnya baik. Namun, melalui salam pembukanya, rasul Paulus mengingatkan bahwa Filemon sendiri berhutang pada Kristus.
Sama seperti Tuhan telah menunjukkan kasih karunia dan belas kasihan-Nya kepada Filemon dan seisi rumahnya, rasul Paulus menginginkan agar Filemon—melalui penyertaan Tuhan Yesus Kristus—dapat menunjukkan kasih karunia yang telah ia terima dari-Nya kepada Onesimus yang telah berhutang dan bersalah padanya. Dengan demikian, penyertaan Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus pada diri Filemon sungguh nyata dirasakan oleh jemaat yang ada di rumahnya.
Pada hari ini, salam pembuka yang dituliskan oleh rasul Paulus mengingatkan bahwa kita juga memiliki banyak kekurangan dan Tuhan telah memberikan kesempatan pada kita untuk memperbaiki diri. Oleh karena itu, seperti halnya Bapa Sorgawi yang dengan sukacita menerima kembali anak yang hilang, hendaknya kita juga dapat memiliki hati yang serupa dengan memberikan kesempatan kepada saudara-saudari yang pernah melakukan kesalahan dan sedang mencoba untuk memperbaiki diri, serta menerima mereka kembali untuk bersama-sama bersekutu sebagai anggota keluarga besar Kristus.