SAUH BAGI JIWA
“Jauhilah dirimu dari percabulan!” (1 Korintus 6:18)
“Jauhilah dirimu dari percabulan!” (1 Korintus 6:18)
Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, rasul Paulus telah memberi peringatan keras kepada kita, “Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri” (1 Kor 6:18).
Nabi Maleakhi juga memberikan peringatan keras kepada kita, “Janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya. Sebab Aku membenci perceraian…jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!” (Mal 2:15-16). Mengapa demikian? Kitab Maleakhi menjelaskan lebih lanjut, sesungguhnya pasangan hidup adalah teman sekutu kita dan pasangan seperjanjian. Dengan kesatuan inilah Tuhan menghendaki keturunan ilahi dari kita.
Peringatan nabi Maleakhi mengajarkan kepada kita bahwa perjanjian pernikahan berakhir sampai pada kematian. Di hadapan Tuhan, perzinahan dan percabulan dalam bentuk apapun adalah dosa. Zaman modern ini, semakin majunya teknologi dan perkembangan budaya, semakin hari semakin mudah bagi seseorang untuk jatuh ke dalam dosa perzinahan. Ketidak-setiaan terhadap pasangan hidup semakin sering terjadi.
Dalam berita-berita di media sosial, semakin banyak dipaparkan tentang ketidak-setiaan terhadap pasangan. Di jaman sekarang ini, justru ketidak-setiaan sangat mudah terjadi juga dalam lingkungan kerja. Misalkan saja, suami atau istri yang jatuh sakit atau merasa jenuh dalam pekerjaan, melalui media sosial, sangat mudah baginya untuk berbincang-bincang dan berteman dengan orang yang tak dikenal di dunia maya tersebut. Awalnya mungkin hanya sebuah keisengan belaka, namun lama-kelamaan rasa daya tarik terhadap lawan jenis yang bukan pasangannya dapat bertumbuh tanpa ia sadari. Bisa jadi secara fisik belum pernah bertemu, tetapi secara mental dan emosional, perasaannya sudah terpaut kepada orang itu. Inilah ketidak-setiaan terhadap pasangan.
Hubungan pernikahan bukan saja secara fisik melainkan juga secara mental dan emosional. Jika kita mencari orang lain yang bukan pasangan kita untuk memenuhi kebutuhan mental dan emosional kita, maka kita telah berlaku tidak setia kepada pasangan hidup.
Perkembangan teknologi yang semakin maju dapat menjadi faktor pemicu perceraian. Bagaimana mungkin? Semakin kita berteman dan berkomunikasi secara akrab dengan lawan jenis via medsos, maka kita akan semakin merasakan kekurangan pasangan kita, terutama dalam hal komunikasi. Para lelaki-pun juga memiliki kebutuhan mental dan emosional. Tidak heran, di chat-room dunia maya, banyak sekali orang-orang yang sudah menikah menggunakan akun nama terselubung, agar mereka dapat secara bebas memuaskan kebutuhan mental-emosionalnya kepada orang yang bukan pasangan hidupnya. Mulai dari berteman, curhat, saling menggoda, sampai kepada kencan via dunia maya.
Berbagai berita di medsos tentang perselingkuhan ataupun perceraian sesungguhnya memberikan teguran keras bagi kita yang terlalu sibuk dan merasa tidak memiliki waktu untuk membina komunikasi dengan pasangan. Kesibukan dalam pekerjaan membuat kehidupan pernikahan menjadi sebuah rutinitas yang membosankan. Kedua pasangan hanya memusatkan perhatian pada pekerjaan, mencari uang sampai larut malam, makan dan beristirahat, esok paginya rutinitas yang sama terulang kembali. Akhirnya, jalinan hubungan komunikasi antara suami-istri menjadi terbengkalai.
Tidak heran, jika terjadi jalinan komunikasi atau perhatian rutin dari seorang lawan jenis yang bukan pasangan, akan semakin membuat kita membanding-bandingkan kekurangan dan kelemahan pasangan. Dengan demikian, sesungguhnya diri kita sendirilah yang sengaja membuka peluang terhadap dosa ketidak-setiaan.