SAUH BAGI JIWA
“Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Roma 10:17)
“Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Roma 10:17)
Kita tahu bahwa iman timbul dari mendengarkan firman Tuhan (Rm 10:17). Oleh karena itu, semua orangtua yang beriman wajib untuk terus-menerus memperkenalkan anak-anaknya kepada firman Tuhan sehingga mereka memiliki dasar iman sejak dini (Ul 6:7). Ada banyak contoh di dalam Alkitab di mana anak-anak kecil terbiasa dengan praktik-praktik kesalehan karena mereka banyak menghabiskan waktu bersama dengan orangtua mereka. Pengetahuan Ishak mengenai prosesi pengorbanan (Kej 22:7) dan iman Timotius yang tulus (2Tim 1:4-5) merupakan dua contoh yang bisa dilihat.
Di sisi lain, ada juga contoh-contoh di dalam Alkitab tentang anak-anak yang gagal meneruskan warisan iman orangtua mereka, seperti anak-anak Eli yang korup (1Sam 2:22-25) dan Absalom yang bersekongkol melawan Raja Daud (2Sam 15). Hal-hal tersebut dapat terjadi karena iman adalah perkara pribadi. Dibesarkan dalam keluarga Kristen tidak serta-merta membuat kita menjadi orang Kristen yang benar. Iman tidak diwariskan melalui garis keturunan, melainkan melalui banyak pengalaman rohani dan mendengarkan firman Tuhan.
Salah satu pendahulu Yosia juga memerintah sejak usia sangat muda. Yoas memulai pemerintahannya ketika berusia tujuh tahun. Di dunia sekarang ini, sulit untuk membayangkan anak kecil menjadi penguasa atas sekelompok besar orang karena mereka kemungkinan tidak memiliki kedewasaan, pengetahuan dan kebijaksanaan yang umumnya dimiliki oleh orang yang lebih tua. Yoas beruntung memiliki mentor bernama Yoyada. Alkitab bahkan menghubungkan sifat jujur Yoas dengan instruksi yang diberikan Yoyada kepadanya (2Raj 12:2). Meskipun memiliki guru agama di gereja, iman kita tidak boleh bergantung kepada mereka. Kita harus bersandar kepada Tuhan karena Tuhan adalah satu-satunya batu penjuru gereja dan iman kita (Ef 2:20).
Setelah kematian Yoyada, Yoas berbalik dari jalannya yang benar dan meninggalkan Tuhan (2Taw 24:17-18). Yoas ternyata tidak meletakkan dasar imannya kepada Tuhan, tetapi kepada Yoyada. Dalam Perjanjian Baru, kita juga melihat gereja-gereja di Galatia dan Korintus yang mulai menyimpang dari Injil yang benar yang diberitakan oleh Paulus setelah dia meninggalkan mereka untuk berkhotbah di tempat-tempat lain.
Meskipun Yosia hidup di tengah generasi yang jahat dan tidak memiliki mentor manusia yang dapat membimbingnya dalam iman seperti halnya Yoas, ia tetap berada di dalam Tuhan. Tuhan harus menjadi satu-satunya sumber pertumbuhan rohani kita. Membangun iman kita dengan berdoa di dalam Roh Kudus berarti berkomunikasi langsung dengan Tuhan dan belajar tentang Dia secara langsung (Yud 20). Kita harus berjuang untuk mencapai iman yang mandiri, yang dibangun di atas Tuhan Yesus sebagai dasar, sama seperti orang bijak yang membangun rumahnya di atas batu (Mat 7:24-27).