SAUH BAGI JIWA
Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku. (Lukas 22:19)
Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku. (Lukas 22:19)
Orang Israel adalah bangsa yang istimewa karena dipilih Tuhan untuk menjalani kehidupan yang sangat berbeda dari bangsa-bangsa lain. Mereka diperintahkan untuk berjalan di jalan kebenaran dengan mematuhi hukum yang diberikan oleh Tuhan. Mereka dijanjikan tanah Kanaan di mana mereka akan tinggal dalam damai, kemakmuran dan keharmonisan. Bangsa Israel mengawali perjalanan mereka dari Mesir, tempat mereka hidup dalam penderitaan sebagai budak. Tuhan membebaskan orang Israel dengan tanda heran dan keajaiban besar melalui Musa sehingga Firaun akhirnya membiarkan mereka pergi.
Tuhan membuat perbedaan antara orang Mesir yang ditentang-Nya, dan orang Israel yang diberkati-Nya. Orang-orang Israel diperintahkan untuk mengambil seekor domba jantan berumur satu tahun yang tidak bercacat untuk disembelih. Darah anak domba ini dioleskan pada tiang pintu dan ambang pintu rumah mereka sementara dagingnya dimakan (Kel 12). Hari raya ini disebut Paskah. Saat itu, Tuhan “melewati” rumah-rumah Israel dan menyelamatkan mereka, tetapi membunuh setiap anak sulung di setiap rumah tangga Mesir. Ini adalah perbedaan nyata antara orang Israel dan orang Mesir.
Paskah dimaksudkan agar umat Israel terus mengingat belas kasihan Tuhan atas Israel dan penghakiman-Nya atas Mesir (Kel 12:26-27). Paulus menyatakan bahwa perbedaan antara dua bangsa ini bukanlah hasil dari perbuatan baik Israel, tetapi adalah rencana Allah untuk membentuk Israel menjadi sebuah bejana untuk maksud yang mulia (Rm 9:21-22). Namun, seiring berjalannya waktu, orang Israel menjadi semakin serupa dengan bangsa lain. Mereka menyembah allah lain dan ritual yang dilakukan oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
“Tidak ada Paskah seperti itu yang diadakan di Israel sejak zaman nabi Samuel. Tidak ada raja Israel yang merayakan Paskah seperti yang dirayakan oleh Yosia.” (2Taw 35:11). Orang-orang Israel berkali-kali melupakan belas kasihan Tuhan yang murah hati kepada mereka. Mereka menggerutu ketika melihat orang Mesir mengejar mereka, saat kekurangan makanan dan air untuk sesaat atau ketika melihat kekuatan penduduk asli Kanaan. Yosia bukanlah salah satu dari orang-orang yang suka menggerutu. Dia tidak hanya sekedar merayakan Paskah, namun melakukannya dengan sepenuh hati.
Hari ini, mungkin kita tidak menyaksikan penyelamatan Allah dalam bentuk tanda dan keajaiban yang terjadi di Mesir. Tetapi, Dia telah menyelamatkan kita dengan mati di kayu salib untuk dosa-dosa kita. Kita mengingat kematian-Nya dengan melakukan Perjamuan Kudus. Kita menerima daging dan darah Tuhan sehingga kelak memperoleh hidup kekal yang dijanjikan Tuhan. Marilah kita menjadi seperti Yosia yang mengakui kasih karunia Tuhan kepadanya dan mengingat perbedaan antara umat Allah dan bangsa lain. Tuhan telah memanggil kita untuk menjalani kehidupan yang diperbarui dan benar, di mana semua tindakan kita ada di dalam Dia (Yoh 6:56). Inilah kebenaran yang harus kita pegang saat kita mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus.